About Me

Foto saya
Bandung , Jawa Barat, Indonesia
Straight Edge Till Die ! !

28 September 2012

BANDUNG BERISIK



Keberadaan Bandung Berisik dapat ditelusuri dari komitmen salah satu sayap pergerakan Ujungberung Rebels tahun 1995, Extreme Noise Grinding (ENG).Didirikan 31 Desember 1994, ENG berkomitmen membangun tiga hal dasar untuk kemajuan musik metal Ujungberung : kru, media, dan pergelaran musik sendiri. Kru yang dibentuk dinamakan Homeless Crew, terdiri dari seluruh musisi Ujungberung era pertengahan 1990an yang bersama-sama saling belajar memahami penataan suara dan organsasi panggung untuk mendukung band kawan-kawan mereka. Media sendiri yang digarap untuk menyebarkan informasi mengenai metal Ujungberung dan Bandung adalah zine Revolution Programs atau Revograms.Zine ini terbit pertama kali Maret 1995 dan digadang-gadang sebagai zine pertama di Indonesia.Sementara itu, pergelaran musik sendiri yang digarap Homeless Crew adalah Bandung Berisik. Sejak awal, ENG dan Homeelss Crew setuju jika band-band yang layak tampil di Bandung Berisik adalah band-band yang sudah memiliki lagu-lagu ciptaan sendiri dan merekam lagu-lagu tersebut ke dalam sebuah album, minimal demo. Ini ditekankan sebagai upaya untuk mendidik mental dan profesionalitas bermusik yang kuat di kalangan musisi metal Ujungberung. Dalam komitmen ini, Bandung Berisik pertama kemudian diberi tema “Bandung Berisik Demo Tour Ujungberung”.
Bandung Berisik Demo Tour Ujungberung, Lapangan Kaum Kidul, 23 September 1995
Tahun 1995 ketika Bandung Berisik pertama digelar, Ujungberung sedang dilanda gairah bermusik yang sagat hebat.Puluhan band dengan berbagai hasrat musik lahir di sini.Walau didominasi death metal, diam-diam band-band punk, hardcore, pop, bahkan hiphop muncul larut di Ujungberung. Keragaman hasrat musik ini terus menjadi semangat dalam mengembangkan komunitas, termasuk dalam penggarapan Homeless Crew, zine Revograms, dan tentu saja pergelaran Bandung Berisik.
Rapat-rapat kecil mulai digelar sejak pertengahan 1995 di kediaman Ivan Scumbag yang juga merupakan markas ENG. Satu kendala utama pergelaran adalah minimnya dana produksi pertunjukan. Beberapa solusi dibicarakan, namun selalu menemui jalan buntu. Saat itu, dalam penggarapan seuah pergelaran, dana produksi biasanya dikumpulkan dari dana talangan anggota komunitas atau kelompok kerja yang menggarap acara. Namun ini tentu sebuah kedala besar mengingat anak-anak Ujngberung bukanlah tipikal bocah-bocah kaya yang bisa dengan gampang menggelontorkan uang.Jangankan untuk patungan menggelar acara, untuk biaya sehari-hari saja mereka selalu kelimpungan.
Titik terang datang bulan Agustus 1995 dari Yayat, Dani Pieces, Agus Sacrilegious, Yayan, beberapa kawan Kaum Kidul, Kang Soleh Koeple, serta Kang Memet Syaf, sang pemilik Studio Palapa, studio legendaris tempat latihan anak-anak Ujungberung. Ketika itu, kawan-kawang Kaum Kidul yang memang aktif di organisasi pemuda Karang Taruna akan menggelar acara agustusan tanggal 23 September 1995. Acara ini akan digelar malam hari, namun Kang Memet mengungkapkan jika tata suara sudah dipasang sejak pagi. Mendengar keterangan itu, Dinan mengusulkan bagaimana jika pagi hingga sore harinya, tata suara acara agustusan ini digunakan untuk bandung Berisik dan dilanjutkan oleh hiburan puncak agustusan Kaum Kidul di malam harinya. Para pengurus Karang Taruna dan juga Kang Memet dari Studio Palapa selaku sponsor pergelaran spontan menyambut ide ini.
Tema pergelaran lalu disepakati “Bandung Berisik 1 Demo Tour” atau BB Ikarena acara ini ditata sedemikian rupa akan direkam secara live sebagai upaya perekaman band-band Ujungberung serta kawan-kawan lain di Bandung. Dana operasional untuk membiayai acara sepenuhnya memakai uang kas anggota ENG yang jumlahnya sangat terbatas sementara band yang disepakati manggung di Bandung Berisik I adalah Sacrilegious, Jasad, Infamy, Sonic Torment mewakili Ujungberung; Behead, Full Of Hate, dan Insanity mewakili komunitas musik Taman Lalu Lintas, Fatal Death mewakili Grind Ultimatum Cihampelas, serta Morbus Corpse dan Tympanic Membrane mewakili Bandung Lunatic Underground.Semua band yang manggung di BB 1 wajib membawakan lagu-lagu ciptaan sendiri.
Publikasi BB I melalui pamphlet fotokopian yang disebar di kawasan nongkrong komunitas UG dan sekolah-sekolah di seputaran Kota Bandung.Publikasi juga dibantu oleh band-band yang berinisiatif membuat pamflet sendiri.Pembuatan gambar latar panggung acara BB1 ukuran 3 x 3 meter masih menggunakan media kain kanvas, cat tembok dan kayu aneka warna dan kuas.Yang menggambar adalah Dinan, dibantu Ivan, Kimung, dan anak-anak Ujungberung lainnya.ID card panitia diperbanyak dengan sistem repro menggunakan kamera Dinan dan dicetak di Palapa Photo Studio.Semalam suntuk jajaran panitia BB1 berkutat menyelesaikan semua pekerjaannya, dari mulai mengeset panggung dan tata suara yang berasal dari Studio Palapa, hingga mendekorasi panggung.
Acara BB1 digelar Sabtu, 23 September 1995.Sejak jam 10 pagi penonton mulai memenuhi lahan kosong seluas 100 m yang biasa digunakan Kimung untuk melatih anak-anak kecil Kaum Kidul bermain bola di belakang toko Kalimas Ujungberung. Lahan itu menjelang siang semakin sesak oleh anak muda yang didominasi pakaian hitam, mengepung panggung sederhana tanpa atap, berlatar dekorasi dengan tulisan “Bandung Berisik 1 Demo Tour”.
Satu demi satu band mulai tampil dengan maksimal. Hingga hari ini kenangan akan penampilan band-band ini tak akan terlupakan. Semua tampil maksimal dengan karakter sendiri-sendiri di tengah sekitar 700an penonton yang hadir.Sacrilegious misalnya yang menyembelih kelinci dan meminum darahnya di panggung sebelum menggeber lagu-lagunya.Atau Infamy dengan vokalis Ivan Scumbag yang tampil super brutal.Atau Sonic Torment yang provokatif dengan lirik-lirik berbahasa Sunda.Atau Yadi behom yang keningnya bercucuran darah setelah terhantam aksi brutal Yayat dalam bermain gitar di Jasad. Atau Insanity yang menjadi band pamungkas sekaligus band yang menjadi panutan anak-anak Ujungberung. 
BB I adalah wujud komitmen anak-anak Ujungberung dalam mengembangkan komunitasnya. Hingga saat itu, pergelaran ini dirasakan penting untuk digelar kembali karena secara total berhasil menjadi wahana yang menampung hasrat bermusik anak-anak metal Ujungberung dan Bandung. 
Bandung Berisik II, GOR Saparua, 20 Juli 1997 
Era 1996-1997 komunitas musik bawahtanah Bandung mengalami masa perkembangan yang pesat. Konsep kolektivisme dan do it yourself mulai banyak direalisasikan dalam berbagai bentuk aktivitas. Dari mulai membuat perusahaan rekaman berbasiskan indie label lengkap dengan konsep distribusi dan promosinya, pembuatan media informasi berupa zine hingga kepada penggarapan acara musik yang mengandalkan semangat kolektivisme.Industri musik besar pada saat itu sedang dilanda kejenuhan pasar.Pasca meledaknya grup Slank dengan album Generasi Biru-nya yang melahirkan komunitas Slanker, otomatis pada saat itu tidak ada lagi fenomena musik yang luar biasa.Media-media besar juga mulai kehabisan bahan berita hingga akhirnya komunitas musik bawahtanah dengan segala bentuk dinamika pergerakannya menjadi bahan eksploitasi berita. Hampir semua media terutama media cetak besar yang bertarget penjualan anak muda pada saat itu membahas fenomena pergerakan musik bawahtanah terutama yang terjadi di Kota Bandung. 
Hal tersebut jelas berdampak sangat besar pada perkembangan musik bawahtanah pada saat itu yang seolah-olah dirancang menjadi “trend musik masa kini”. Musik bawahtanah pun akhirnya meledak dan mewabah hampir di semua kota besar di Indonesia utamanya di Pulau Jawa, hingga lahirlah berbagai komunitas musik bawahtanah di Jakarta, Bali, Surabaya, Malang, Yogya, dan Medan. Beberapa pagelaran bertema serupa ramai digelar di kota-kota tersebut dalam skala kecil.Di Kota Bandung sebagai barometer musik bawahtanah, setiap minggu GOR Saparua menjadi langganan acara-acara musik yang diorganisir oleh beberapa komunitas di Kota Bandung. GOR Saparua selalu dipenuhi oleh massa musik bawahtanah yang rata-rata berusia belia yang datang dari berbagai kota di Indonesia. Ada yang dari Medan, Jakarta, Surabaya, Yogya, Malang, dan kota lainnya. 
Komunitas Ujungberung sendiri, pasca BB I mengalami kemajuan yang signifikan.Melihat begitu antusias publik terhadap musik bawahtanah, Homeless Crew memutuskan untuk menggelar kembali Bandung Berisik.
Syahdan, suatu sore di bulan Maret 1997, di pinggir jalan raya Ujungberung digelar rapat Bandung Berisik II (BB II). Ada beberapa agenda yang dibahas pada rapat perdana tersebut, yaitu pendanaan yang dilakukan melalui patungan anggota komunitas Ujungberung Rebels, dana investasi dari Mas Harry HR Production, penyusunan kepanitiaan yang berjumlah enam puluh orang, penetapan ketua panitia oleh Dinan dan wakilnya Yayat, serta komitmen keuntungan BB II yang akan digunakan sebagai biaya produksi kompilasi band-band Ujungberung yang rencananya dirangkum dalam album kompilasi Ujungberung Rebels.Kelomok kerja BB II lalu menamakan diri Bungur Enterprise.Ditetapkan pula dua puluh lima band dari berbagai hasrat musik yang akan tampil di BB II, yaitu Puppen, Jasad, Turtles Jr, Retribeauty (Surabaya), Trauma (Jakarta), Bedebah, Disinherit, Blind To See, The Bollocks, Runtah, Anti Septic (Jakarta), Naked Truth, Noise Damage, Hell Gods, Burgerkill, Rotten Corpse, Step Forward (Jakarta), Sonic Torment, Total Riot, Embalmed, Jeruji, Infamy, Forgotten, Morbus Corpse, dan Balcony.BB II digelar di GOR Saparua tanggal 20 Juli 1997.
Strategi publikasi masih sama dengan BB I dengan kualitas poster yang kini jauh lebih baik, dicetak oleh HR Production. BB II juga memberikan keleluasaan kepada band-band yang tampil untuk membuat media publikasi mereka sendiri.Selain membantu publikasi acara, aktivitas ini juga membina rasa memiliki Bandung Berisik di antara band-band yang tampil.Revograms juga turut membantu publikasi BB II melalu penerbitan Revograms III dan IV oleh Homeless Crew.Akhirnya BB II sukses digelar.Imbas dari pergelaran ini sangat nyata, yaitu dengan rilisnya kompilasi Ujungberung Rebels yang kemudian berganti judul menjadi Independen Rebels (Independen Records, 1998). Semenjak rilisnya kompilasi ini, komunitas Ujungberung yang saat itu disebut sebagai komuniats ENG atau Homeless Crew mulai dikenal juga sebagai komunitas musik metal Ujungberung Rebels.
Bandung Berisik III, Gor Saparua, 7 April 2002 
Era akhir 1990an dan awal 2000an pergelaran-pergelaran musik di Bandung semakin ramai, namun sayang tidak diiringi oleh pengembangan kualitas pertunjukan.Panggung secara kualitas tidak dijaga, baik dalam manajemen panggung, maupun kualitas tata suara yang terkesan disamaratakan, yang akibatnya, performa band-band secara umum di Bandung ikut turun.Kualitas pelayanan pada penonton yang hanya disuguhi penampilan band yang biasa saja, dekorasi panggung yang seadanya dan faktor kenyamanan dan keamanan yang tidak diperhatikan secara serius juga sangat tidak mendidik komunitas.Tipikal pergelaran musik juga masih mengutamakan kuantitas daripada kualitas band.Rata-rata acara menampilkan band diatas 15 band bahkan sampai 30 band hingga acara menjadi monoton dan membosankan.
Karena itulah, Ujungberung Rebels mengikrarkan komitmen untuk menggelar Bandung Berisik yang sama sekali beda dengan pergelaran secara umum. Munculnya generasi muda musik bawahtanah juga meneguhkan komitmen akan kesadaran dokumentasi di kalangan Ujungberung Rebels. Dokumentasi yang tak hanya disimpan tapi juga ditamplkan. Karena itulah, BB III kemudian dipersiapkans ebagai pergelaran sekaligus pemutaran dokumentasi band-band yang tampil di acara ini. BB III juga menampilkan sedikit band, hanya dua belas band yang tampil sehingga dengan demikian, tiap band mampu tampil secara maksimal. Konsep panggungnya dibuat menyerupai ring tarung bebas, lengkap dengan ram kawat yang memagari panggung. Suntikan dana, terutama datang dari trio Mbie, Firman Napi Records, dan Arin. 
Untuk film dokumenter, Addy Gembel mempercayakan penggarapannya kepada Lela dan kawan-kawan.Film diputar selama pergelaran berlangsung.Acara berjalan lancar dan semakin siang, penonton semakin banyak memadati.Data terakhir jumlah penonton yang hadir pada saat itu mencapai 10.000 penonton.Padahal kapasitas GOR Saparua hanya dapat menampung 5000 penonton.Terjadi penumpukan penonton di luar GOR Saparua yang berakibat timbulnya berbagai macam kerawanan.Sempat terjadi aksi keributan yang melibatkan penonton yang memaksa masuk dengan cara menjebol pintu samping dengan barisan keamanan Baby Riot War Machine Squad.Beberapa orang dari pihak Baby Riot War Machine Squad bahkan mengalami luka-luka akibat aksi pengeroyokan dan pelemparan yang dilakukan oleh penonton.
Walau secara keseluruhan pertujukan di panggung lancar, namun tak urung akibat sesaknya penonton dalam GOR Saparua, mengakibatkan banyak penonton yang pingsan selama jalannya acara.Data penonton yang pingsan mencapai 200 orang sepanjang pertunjukan, ditambah lagi banyaknya fenomena penonton yang kerasukan atau kesurupan.Satu orang penonton mengalami cedera serius hingga harus dievakuasi ke rumah sakit. Acara ini juga menjadi panggung terakhir bagi band Sacrilegious sebelum mereka menyatakan diri bubar.
Bandung Berisik III mendulang sukses. Namun demikian ada beberapa poin penting yang ditandai anak-anak Ujungberung Rebels sebagai kendala-kendala utama yang menghambat proses produksi Bandung Berisik III. Berbelitnya jalur birokrasi perijinan GOR Saparua akibat sengketa kepemilikan lahan menjadi faktor utama.Panitia dipingpong antara Pemkot, Pemrov dan tentara.Aksi percaloan tiket dan premanisme juga tak kalah mengganggu panitia dalam mengatur arus penonton.Selama acara berlangsung terasa betul jika kapasitas dan keamanan GOR Saparua yang sudah tidak layak lagi dipakai sebagai gedung pertunjukan musik.Namun demikian, di balik semua kendala tersebut, Bandung Berisik III mendulang sukses besar.Dua hal yang dijadikan parameter adalah dapat dikembalikannya uang para investor sesuai perjanjian dan berakhirnya acara dengan aman dan tidak terjadi hal-hal yang menimbulkan kerawanan.
Bandung Berisik IV “Ka Surga!” Open Air Rock Festival 10 Agustus 2003 
Pasca acara Bandung Berisik 3 terjadi banyak perubahan yang signifikan di peta komunitas lokal terutama komunitas musik ekstrim di daerah Bandung Timur. Daerah seperti Cicadas, Cicaheum, Sindanglaya, Cibiru, Cileunyi, Jatinangor, Rancaekek, Cicalengka dan Tanjungsari mulai berani menggelar acara musik ekstrim dengan konsep yang sama yaitu menampilkan potensi musik dari komunitas lokal tersebut. Mulai dari level acara Agustus-an hingga acara yang memang spesifik untuk jenis musik tertentu.Bahkan dampaknya mulai tampak dikota-kota lainnya disekitar Jawa Barat. Nama-nama acara pun dibuat untuk menunjukan identitas kota asal. Misalnya Sukabumi Bergetar, Cianjur Rusuh dan lain-lain.
Perkembangan musik ekstrim yang begitu pesat di wilayah Bandung timur dan kota-kota di sekitar Jawa Barat dan Indonesia pada umumnya pada masa itu menginspirasi kembali komunitas Ujungberung Rebels untuk menggelar kembali acara Bandung Berisik. Kali ini konsepnya adalah tur.Pembicaraan ke arah tersebut mulai sering dilakukan. Konsep awalnya adalah membawa tur tujuh band asal Ujungberung dan dikolaborasikan dengan tiga band dari komunitas lokal di kota yang disinggahi. Rencana band yang akan dibawa tur tersebut adalah Burgerkill, Jeruji, Forgotten, Jasad, Disinfected, The Cruels dan Dinning Out. Sembilan kota di wilayah Jawa Barat menjadi tujuan BB IV. Agenda tur yang sudah tercatat September 2002 adalah 1 September 2002 di Sumedang, 8 September 2002 di Cianjur, 15 September 2002 di Garut, 22 September 2002 di Tasikmalaya, dan 29 September 2002 di Cirebon.Adapun di bulan Oktober 2002, tercatat 6 Oktober 2002 di Sukabumi, 13 Oktober 2002 di Purwakarta, 20 Oktober 2002 di Bekasi, dan 27 Oktober 2002 di Bogor. Naun masalah dana menjadi kendala utama yang membuat BB IV urung digelar sesuai jadwal. 
Awal 2003 BB IV kembali akan digelar dengan konseptor Addy gembel, Man Jasad, dan Mbie. BB IV akan digelar lebih sederhana di pabrik roti kawasan Aracamanik, Ujungberung. Ide ini tentu saja ditentang keras oleh Yayat.Dalam pandangan Yayat, BB sudah berjalan sedemikian epic dan harus dipertahankan bahkan ditambahkan kualitasnya.Ia sangat tidak setuju jika BB digelar dalam kondisi seadanya. BB IV akhirnya disepakati akan digelar dalam skup pergelaran yang semakin besar, bertempat di Stadion Persib tanggal 10 Agustus 2003 bertepatan dengan acara Soundrenalin. Yayat menegaskan ia tak peduli bentrok acara dengan Soundrenalin karena ia sangat yakin BB akan mendapat respon lebih massif. Pergelaran ini sudah megakar di anak-anak music metal dan semua pasti akan datang ke BB daripada ke Soundrenalin. 
Untuk mengejar kualitas BB IV, kepanitiaan dirobah dengan menetapkan Andris sebagai ketua dan Addy gembel sebagai wakil. Selain itu, pencarian dana melalui investor dan sponsor dilakukan. Kerja sama juga terus dibina ke pengurus Persib dan Viking Bandung Heru Joko, serta kepada Pemerintah Kota Bandung, saat itu walikotanya Aa Tarmana untuk izin penggunaan Stadion Persib. Band-band yang tampil di BB IV adalah Burgerkill, Balcony, Infamy, Jeruji, Turtles Jr, Lumpur, Forgotten, Dinning Out, Virus, Jasad, Geboren, Rocket Rockers, Crusade, The Cruels, dan Siksa Kubur. Panggungnya aan dibangun 45 X 20 m, dengan dua panggung dram di kiri dan kanan panggung, tata suara 100.000 watt, 100 meter barikade, dua buah genset, serta sepasukan baby Riot War Machine Assault, Tamara Fitness, Viking Persib, dan Yon Zipur Ujungberung sebagai kru keamanan.Promo dilakukan semakin massif dengan pembuatan iklan khusus untuk tayang di radio, pamflet yang dicetak, hingga pembuatan pamflet sendiri oleh band yang tampil.Sementara itu Madi dan Irvine bertindak sebagai MC acara.
BB IV mulai digelar tepat jam 11 siang, menampung 25 ribu audiens yang datang dari Medan, Sulawesi, Kalimantan, beberapa kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Jakarta, dan tentu saja Jawa Barat. Berbagai attitude khas penonton dari berbagai hasrat musik diperlihatkan di BB IV, yang jelas energy audiens bagai tak habis untuk pogo, headbang, slamdance, moshing, hingga akhirnya acara berakhir jam 22.15 ditutup oleh band Virus. 
Dua hari setelah acara selesai dilakukan evaluasi.Semua kewajiban panitia pada investor telah dilaksanakan tepat waktu dengan nilaisesuai kesepakatan. Setelah diaudit akhirnya nilai keuntungan bersih BB IV adalah Rp.16.000,00. Uang itu oleh Andris sang ketua dibelikan Garpit sebungkus dan kopi dua gelas untuk semua jajaran panitia yang hadir. Kembalian belanjanyanya diinfakkan ke kotak amal masjid.
Bandung Berisik V Rebel Meets Rebel, 11 Juni 2011
Setelah BB IV, anak-anak Ujungberung Rebels tenggelam dalam kesibukan masing-masing band. Beberapa kali rencana gelaran BB dibicarakan di lingkaran dalam Ujungberung Rebels, namun selalu mentah.Pasca tragedy AACC 9 Februari 2008, bahkan pernah dibentuk dua kali kepanitiaan BB.Yang pertama dipegang oleh duet Yayat – Jemi dan yang ke dua dipegang oleh duet Bebi – Addy Gembel.Kedua kepanitiaan ini juga gagal mengeksekusi pergelaran BB.Selain kesibukan yang luar biasa dari masing-masing tokoh Ujungberung Rebels, tuntutan perbaikan kualitas dan kuantitas BB juga menjadi hal yang terus dikejar.
Titik terang BB mulai terlihat ketika Gio—keponakan Kang Memet Studio Palapa Ujungberung—mengajukan diri untuk meggarap BB melalui event organizernya, Atap Promotion, awal tahun 2011. Ia datang dengan segenap konsep pertunjukan spektakuler, menyanggupi memenuhi beberapa konsep lain yang diajukan Ujungberung Rebels, dan berkomitmen penuh mengangkat BB ke taraf pergaulan sosial yang lebih luas di Kota Bandung dan juga Indonesia. Dengan visi yang luas serta rencana pendanaan yang matang, BB V akhirnya mulai dijalankan oleh Ujungberung Rebels dan Atap Promotion.
BB V konsepnya adalah konser terbuka dengan dukungan panggung besar, tata cahaya hebat, tata suara 250.000 watt, serta konsep pertunjukan yang layak diterapkan berdasarkan standar bisnis pertunjukan. Ini merangkum penataan acara yang sengaja disusun dramatis dari awal, pertengahan pertunjukan, hingga klimaks yang ditata sespektakuler mungkin. Band yang mengemban beban berat memungkas klimaks pergelaran ini adalah Burgerkill yang saat itu harus diakui masih tetap terdepan dalam kemajuan musik metal Indonesia. BB V menampilkan Burgerkill, Jasad, Forgotten, Seringai, Disinfected, Bleeding Corpse, Outright, Komunal, Rosemary, Jeruji, Down for Life, Beside, Tcukimay, Critical Defacement, Turbidity, Infamy, Parau, Godless Symptoms, Screaming Factor, Gugat, dan Cranial Incisored. Dalam menjaga ritme pertunjukan dan kenyamanan audiens, panitia menyusun berbagai aturan serta mengeluarkan buklet panduan pertunjukan bagi audiens.
Yang patut dicatat juga adalah bahwa BB V melanjutkan tradisi yang sudah dimulai di BB IV, di mana Ujungberung Rebels—dikawal oleh Atap Promotion—terus menjaga kerja sama dengan berbagai pihak dalam penyelenggarapaannya. Dalam rangkaian praproduksi BB, pertemuan dengan pihak aparat pemerintahan, dewan legislatif, kepolisian, serta tentara terus dibina.
30.000 audiens lebih tercatat datang membeli tiket BB yang digelar di Brigif Cimahi 11 Juni 2011 itu. Esoknya, BB mendominasi headline media lokal dan nasional dan selama dua pekan kemudian terus perbincangan media. Hingga kini legasi mengenai Bandung Berisik sebagai pergelaran musik paling legendaris terus mengemuka.
Bandung Berisik VI Maximum Aggression, 18 & 19 Mei 2012
Selepas Bandung Berisik V, Ujungberung Rebels dan Atap Promotion segera mempersiapkan pergelaran Bandung Berisik VI. Sepajang 2011 dan awal 2012 berbagai persiapan terus dilakukan termasuk perekrutan para pekerja yang menggarap BB IV.1000 orang pekerja lebih telah direkrut, dipersiapkan untuk menggarap BB VI.Kru terus dipersiapkan dengan mengambil spirit gairah berkarya Ujungberung Rebels.Kebanyakan diambil dari generasi muda untuk mempertajam Bandung Berisik sebagai momen regenerasi dan perbaikan kualitas komunitas.
Maximum Aggression dipilih menjadi tema besar BB VI mengingat semakin luasnya ranah pergaulan dan kompleksitas pengembangan dinamika komunitas musik yang lebih inklusif dan integratif.Karena itu semangat pergelaran yang kental dengan nuansa keragaman terus didorong untuk mencapai tujuan penghargaan setinggi-tingginya terhadap musik dan hasrat yang menjebol hasrat perbedaan yang selama ini seakan di-eksis-kan di rak-rak penjualan CD.
BB VI digelar tanggal 18 dan 19 Mei 2012 di Lapangan Udara Sulaiman Bandung.Perkiraan audiens yang akan hadir mencapai lebih dari 30.000, didominasi oleh anak-anak muda yang—sekali lagi—akan semakin mempertajam fungsi pergelaran sebagai media pembelajaran yang paling efektif untuk pemberdayaan potensi komunitas dan regenerasi demi hari esok yang lebih baik. 
Penulis adalah guru dan musisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar