Setelah
mengalami fase-fase terpuruk sepanjang sejarah komunitas underground
di kota Bandung pada tahun 2008-2009, kini komunitas underground
sejatinya kembali ranum dan terus berkembang. Aparatur pemerintahan
serta sponsor sedikit demi sedikit membuka mata seraya terus
membuktikan bahwa musik yang keras bukanlah musik kriminal, melainkan
musik yang bisa mendatangkan banyak keuntungan untuk semua pihak.
Keuntungan bagi penggiat musik itu sendiri, event organize,
penikmat musik, aparat maupun korporat. Berbagai macam acara dari
skena underground yang diselenggarakan pun dalam skala yang cukup besar.
Sebut saja Bandung Berisik, Launching album Burgerkill, Bandung Deathfest 5, dan yang terakhir baru saja diselenggarakan pada hari Minggu (11/12) yaitu Hellprint United Day.
Setelah
bergelut dalam dunia percetakan “underground” dalam kurun waktu 10
tahun, Hellprint yang merupakan salah satu bagian dari pendukung
majunya komunitas underground di kota Bandung, mempersembahkan sebuah
acara yang sangat megah dan berhasil memanjakan para pecintanya. Kami
sendiri sangat terkejut melihat antusiasme penggiat komunitas
underground yang datang pada gelaran Hellprint United Day pada hari
Minggu lalu ternyata begitu besar. Stadion Angkasa yang sedianya dipilih
untuk menjadi venue gelaran ini, terpaksa di pindahkan ke Lanud
Sulaiman karena melihat tiket presale yang terjual saja hampir 10.000
lembar tiket, artinya Stadion Angkasa tidak akan cukup untuk menampung
ledakan pengunjung pada saat itu. Acara ini memang layak untuk dijejali
penonton sebanyak itu bila mengingat line up artis yang bukan
sembarangan dan tentunya memiliki fanbase yang cukup besar. Skinhead,
Punk, Hardcore, Grindcore, Metalcore, Deathmetal, dsb tersaji lengkap di gelaran ini..
Puluhan ribu penonton sudah memadati setiap sudut Lanud Sulaiman di
siang itu. Gemuruh sound bertegangan tinggi menyambut kedatangan kami
dari kejauhan. Kebisingan musik dari band oi Bulldog Brigade cukup
membuat suasana semakin panas. Suasana lapangan yang sangat ‘ledok’
tak menjadi masalah para pecinta musik cadas untuk headbang, dan pogo
bersama. Selanjutnya penampilan menarik dari Kedjawen,
band Black Metal asal Bogor yang bukan hanya menghibur lewat telinga,
tapi juga lewat mata. Pasalnya band ini memakai kostum yang menunjukkan
image gothic yang
kental dalam diri para personilnya. Sekilas kostum yang digunakannya
mengingatkan kita pada kostum para personil band Kuburan. Berikutnya Godless Symptomps.
Band yang belum lama merilis album teranyarnya ini membuka penampilan
dengan rekaman orasi yang menghujat kekuasaan, ketidakadilan, dan
ketidakpuasannya terhadap petinggi negeri ini. Inilah salah satu wadah
yang melegalkan para penggiat musik untuk menumpahkan emosi, untuk
memprotes segala ketidakadilan lewat ritme lagu dan gaya vokal yang
keras dan sesuai genrenya masing-masing. Much better than burning self in front of the Istana Presiden. Godless Symptoms yang membawakan sekitar 4 lagu cukup membuat penonton berlumuran tanah.
“Sudah lama kami tidak main di kandang sendiri, terima kasih atas kesempatannya. Mari kita membuat kebisingan bersama-sama,” ungkap Owank Beside. Beside,
band yang selalu membuka ingatan kita pada tragedi AACC 2008 silam,
juga menunjukkan batang hidungnya dihadapan para penonton Hellprint
United Day. Lewat nomor-nomor jagoannya seperti Aku Adalah Tuhan, TheEnd of Pain dan New Colony yang mampu membuat penonton menyanyi serentak. KemudianOutright,
salah satu band dari divisi hardcore juga mampu membuat suasana
semakin panas dan bersemangat. Lagu-lagunya yang bertemakan semangat
juang tanpa menyerah, menggema di segala penjuru Lanud Sulaiman. Sang
vokalis, Hardy memaksa penonton untuk membuatcircle pit dan wall of death.
Lautan manusia pun terlihat terbelah dua, dan setelah musik
menghentak, para penonton langsung saling bertabrakan dan berjatuhan.
Sejauh mata memandang, tak ada kerusuhan sama sekali. Mereka saling
menikmati tarian mereka walaupun terlihat seperti terjadi kerusuhan.
Tidak absen juga perwakilan dari komunitas Ujung Berung Rebels seperti Bleeding Corpse,Burgerkill, Jasad dan Mesin Tempur. Semua penonton telah menanti aksi panggung mereka. Burgerkill tampil membawakan 4 lagu, salah satunya membawakan nomor dari Megadeath yaituHolywars. Khusus lagu ini, Burgerkill menggandeng Andre dari Siksa Kubur. “Belum
lama ini, kita kehilangan salah satu sosok yang paling berjasa dalam
scene underground Indonesia yaitu Rio Rottrevore. Mari kita bawakan lagu
ini untuk dedikasi yang sebesar-besarnya kepada almarhum. Lagu ini
adalah lagu favorit beliau,” ujar pentolan band yang telah menginvasi Australia ini seraya mengingat almarhum Rio Rottrevore. Selain itu, Mesin Tempur juga
tampil seperti biasanya dengan topeng, kostum serba hitam dan
lagu-lagunya yang cukup nyeleneh cukup mengundang gelak tawa bagi
penonton.
Tidak sampai disitu, band-band dari genre lainnya seperti Rosemary, Don Lego, Restless danMarjinal juga
menjadi sebuah klimaks yang membuat para pecinta musik underground
pulang dengan hati terpuaskan meskipun tubuhnya berlumuran tanah.
Semoga
saja komunitas underground era ini tidak lagi dipusingkan dengan
masalah perizinan dan pencekalan, yang tentunya diiringi oleh perilaku
para penikmatnya yang semakin dewasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar