About Me
29 September 2012
28 September 2012
PETER SAYS DENIM
Inilah salah satu karya anak bangsa yang cukup membanggakan dibidang
fashion.Peter Firmansyah !Yup,inilah orang dibalik kesuksesan
Petersaysaorry yang kini berubah nama menjadi Petersaysdenim.Anak muda
yang berasal dari Bandung ini mempunyai nama lengkap Peter
Firmansyah.Berawal dari tahun 2005
Peter,dan
teman-temannya, membuat band bernama Petersaysorry dengan konsep musik
dicampur dengan fashion. Setelah itu, ia memulai karirnya membuat
celana jeans dirancang dan digunakan oleh dirinya sendiri. ternyata
banyak peminat dari orang-orang dalam membuat jeans dari peter,
termasuk sebuah perusahaan clothing lokal, dan dari negara-negara lain,
sehingga ia membuat jeans untuk merek-merek kepada orang lain. entah
dengan ide apa,Peter datang dengan ide untuk membuat merek sendiri
dengan nama Denim KILLER, namun tidak sesuai dengan apa yang dia
inginkan. Sudah lama setelah petersaysorry pertama dimulai, ketika
mereka memiliki 8 demo lagu, yang kemudian menjadi PETERSAYSDENIM. dan
beberapa judul lagu-lagu nya, seperti - Hanya Teman, Hopeless, Best
Ever, Never Give Up,dan akhirnya ia memulai bisnis baru dengan
mendukung band-band indie lokal. Peter berpikir musik tidak pernah jauh
dari fashion.mereka selalu berhubungan.
HELLPRINT UNITED DAY
Setelah
mengalami fase-fase terpuruk sepanjang sejarah komunitas underground
di kota Bandung pada tahun 2008-2009, kini komunitas underground
sejatinya kembali ranum dan terus berkembang. Aparatur pemerintahan
serta sponsor sedikit demi sedikit membuka mata seraya terus
membuktikan bahwa musik yang keras bukanlah musik kriminal, melainkan
musik yang bisa mendatangkan banyak keuntungan untuk semua pihak.
Keuntungan bagi penggiat musik itu sendiri, event organize,
penikmat musik, aparat maupun korporat. Berbagai macam acara dari
skena underground yang diselenggarakan pun dalam skala yang cukup besar.
Sebut saja Bandung Berisik, Launching album Burgerkill, Bandung Deathfest 5, dan yang terakhir baru saja diselenggarakan pada hari Minggu (11/12) yaitu Hellprint United Day.
Setelah
bergelut dalam dunia percetakan “underground” dalam kurun waktu 10
tahun, Hellprint yang merupakan salah satu bagian dari pendukung
majunya komunitas underground di kota Bandung, mempersembahkan sebuah
acara yang sangat megah dan berhasil memanjakan para pecintanya. Kami
sendiri sangat terkejut melihat antusiasme penggiat komunitas
underground yang datang pada gelaran Hellprint United Day pada hari
Minggu lalu ternyata begitu besar. Stadion Angkasa yang sedianya dipilih
untuk menjadi venue gelaran ini, terpaksa di pindahkan ke Lanud
Sulaiman karena melihat tiket presale yang terjual saja hampir 10.000
lembar tiket, artinya Stadion Angkasa tidak akan cukup untuk menampung
ledakan pengunjung pada saat itu. Acara ini memang layak untuk dijejali
penonton sebanyak itu bila mengingat line up artis yang bukan
sembarangan dan tentunya memiliki fanbase yang cukup besar. Skinhead,
Punk, Hardcore, Grindcore, Metalcore, Deathmetal, dsb tersaji lengkap di gelaran ini..
Puluhan ribu penonton sudah memadati setiap sudut Lanud Sulaiman di
siang itu. Gemuruh sound bertegangan tinggi menyambut kedatangan kami
dari kejauhan. Kebisingan musik dari band oi Bulldog Brigade cukup
membuat suasana semakin panas. Suasana lapangan yang sangat ‘ledok’
tak menjadi masalah para pecinta musik cadas untuk headbang, dan pogo
bersama. Selanjutnya penampilan menarik dari Kedjawen,
band Black Metal asal Bogor yang bukan hanya menghibur lewat telinga,
tapi juga lewat mata. Pasalnya band ini memakai kostum yang menunjukkan
image gothic yang
kental dalam diri para personilnya. Sekilas kostum yang digunakannya
mengingatkan kita pada kostum para personil band Kuburan. Berikutnya Godless Symptomps.
Band yang belum lama merilis album teranyarnya ini membuka penampilan
dengan rekaman orasi yang menghujat kekuasaan, ketidakadilan, dan
ketidakpuasannya terhadap petinggi negeri ini. Inilah salah satu wadah
yang melegalkan para penggiat musik untuk menumpahkan emosi, untuk
memprotes segala ketidakadilan lewat ritme lagu dan gaya vokal yang
keras dan sesuai genrenya masing-masing. Much better than burning self in front of the Istana Presiden. Godless Symptoms yang membawakan sekitar 4 lagu cukup membuat penonton berlumuran tanah.
“Sudah lama kami tidak main di kandang sendiri, terima kasih atas kesempatannya. Mari kita membuat kebisingan bersama-sama,” ungkap Owank Beside. Beside,
band yang selalu membuka ingatan kita pada tragedi AACC 2008 silam,
juga menunjukkan batang hidungnya dihadapan para penonton Hellprint
United Day. Lewat nomor-nomor jagoannya seperti Aku Adalah Tuhan, TheEnd of Pain dan New Colony yang mampu membuat penonton menyanyi serentak. KemudianOutright,
salah satu band dari divisi hardcore juga mampu membuat suasana
semakin panas dan bersemangat. Lagu-lagunya yang bertemakan semangat
juang tanpa menyerah, menggema di segala penjuru Lanud Sulaiman. Sang
vokalis, Hardy memaksa penonton untuk membuatcircle pit dan wall of death.
Lautan manusia pun terlihat terbelah dua, dan setelah musik
menghentak, para penonton langsung saling bertabrakan dan berjatuhan.
Sejauh mata memandang, tak ada kerusuhan sama sekali. Mereka saling
menikmati tarian mereka walaupun terlihat seperti terjadi kerusuhan.
Tidak absen juga perwakilan dari komunitas Ujung Berung Rebels seperti Bleeding Corpse,Burgerkill, Jasad dan Mesin Tempur. Semua penonton telah menanti aksi panggung mereka. Burgerkill tampil membawakan 4 lagu, salah satunya membawakan nomor dari Megadeath yaituHolywars. Khusus lagu ini, Burgerkill menggandeng Andre dari Siksa Kubur. “Belum
lama ini, kita kehilangan salah satu sosok yang paling berjasa dalam
scene underground Indonesia yaitu Rio Rottrevore. Mari kita bawakan lagu
ini untuk dedikasi yang sebesar-besarnya kepada almarhum. Lagu ini
adalah lagu favorit beliau,” ujar pentolan band yang telah menginvasi Australia ini seraya mengingat almarhum Rio Rottrevore. Selain itu, Mesin Tempur juga
tampil seperti biasanya dengan topeng, kostum serba hitam dan
lagu-lagunya yang cukup nyeleneh cukup mengundang gelak tawa bagi
penonton.
Tidak sampai disitu, band-band dari genre lainnya seperti Rosemary, Don Lego, Restless danMarjinal juga
menjadi sebuah klimaks yang membuat para pecinta musik underground
pulang dengan hati terpuaskan meskipun tubuhnya berlumuran tanah.
Semoga
saja komunitas underground era ini tidak lagi dipusingkan dengan
masalah perizinan dan pencekalan, yang tentunya diiringi oleh perilaku
para penikmatnya yang semakin dewasa.
BANDUNG BERISIK
Keberadaan Bandung Berisik dapat ditelusuri dari komitmen
salah satu sayap pergerakan Ujungberung Rebels tahun 1995, Extreme Noise
Grinding (ENG).Didirikan 31 Desember 1994, ENG berkomitmen membangun tiga hal
dasar untuk kemajuan musik metal Ujungberung : kru, media, dan pergelaran musik
sendiri. Kru yang dibentuk dinamakan Homeless Crew, terdiri dari seluruh musisi
Ujungberung era pertengahan 1990an yang bersama-sama saling belajar memahami
penataan suara dan organsasi panggung untuk mendukung band kawan-kawan mereka.
Media sendiri yang digarap untuk menyebarkan informasi mengenai metal
Ujungberung dan Bandung adalah zine Revolution Programs atau Revograms.Zine ini
terbit pertama kali Maret 1995 dan digadang-gadang sebagai zine pertama di
Indonesia.Sementara itu, pergelaran musik sendiri yang digarap Homeless Crew
adalah Bandung Berisik. Sejak awal, ENG dan Homeelss Crew setuju jika band-band
yang layak tampil di Bandung Berisik adalah band-band yang sudah memiliki
lagu-lagu ciptaan sendiri dan merekam lagu-lagu tersebut ke dalam sebuah album,
minimal demo. Ini ditekankan sebagai upaya untuk mendidik mental dan
profesionalitas bermusik yang kuat di kalangan musisi metal Ujungberung. Dalam
komitmen ini, Bandung Berisik pertama kemudian diberi tema “Bandung Berisik
Demo Tour Ujungberung”.
Bandung Berisik Demo Tour Ujungberung, Lapangan Kaum Kidul,
23 September 1995
Tahun 1995 ketika Bandung Berisik pertama digelar,
Ujungberung sedang dilanda gairah bermusik yang sagat hebat.Puluhan band dengan
berbagai hasrat musik lahir di sini.Walau didominasi death metal, diam-diam
band-band punk, hardcore, pop, bahkan hiphop muncul larut di Ujungberung.
Keragaman hasrat musik ini terus menjadi semangat dalam mengembangkan
komunitas, termasuk dalam penggarapan Homeless Crew, zine Revograms, dan tentu
saja pergelaran Bandung Berisik.
Rapat-rapat kecil mulai digelar sejak pertengahan 1995 di
kediaman Ivan Scumbag yang juga merupakan markas ENG. Satu kendala utama
pergelaran adalah minimnya dana produksi pertunjukan. Beberapa solusi
dibicarakan, namun selalu menemui jalan buntu. Saat itu, dalam penggarapan
seuah pergelaran, dana produksi biasanya dikumpulkan dari dana talangan anggota
komunitas atau kelompok kerja yang menggarap acara. Namun ini tentu sebuah
kedala besar mengingat anak-anak Ujngberung bukanlah tipikal bocah-bocah kaya
yang bisa dengan gampang menggelontorkan uang.Jangankan untuk patungan
menggelar acara, untuk biaya sehari-hari saja mereka selalu kelimpungan.
Titik terang datang bulan Agustus 1995 dari Yayat, Dani
Pieces, Agus Sacrilegious, Yayan, beberapa kawan Kaum Kidul, Kang Soleh Koeple,
serta Kang Memet Syaf, sang pemilik Studio Palapa, studio legendaris tempat
latihan anak-anak Ujungberung. Ketika itu, kawan-kawang Kaum Kidul yang memang
aktif di organisasi pemuda Karang Taruna akan menggelar acara agustusan tanggal
23 September 1995. Acara ini akan digelar malam hari, namun Kang Memet
mengungkapkan jika tata suara sudah dipasang sejak pagi. Mendengar keterangan
itu, Dinan mengusulkan bagaimana jika pagi hingga sore harinya, tata suara
acara agustusan ini digunakan untuk bandung Berisik dan dilanjutkan oleh
hiburan puncak agustusan Kaum Kidul di malam harinya. Para pengurus Karang
Taruna dan juga Kang Memet dari Studio Palapa selaku sponsor pergelaran spontan
menyambut ide ini.
Tema pergelaran lalu disepakati “Bandung Berisik 1 Demo
Tour” atau BB Ikarena acara ini ditata sedemikian rupa akan direkam secara live
sebagai upaya perekaman band-band Ujungberung serta kawan-kawan lain di
Bandung. Dana operasional untuk membiayai acara sepenuhnya memakai uang kas
anggota ENG yang jumlahnya sangat terbatas sementara band yang disepakati
manggung di Bandung Berisik I adalah Sacrilegious, Jasad, Infamy, Sonic Torment
mewakili Ujungberung; Behead, Full Of Hate, dan Insanity mewakili komunitas
musik Taman Lalu Lintas, Fatal Death mewakili Grind Ultimatum Cihampelas, serta
Morbus Corpse dan Tympanic Membrane mewakili Bandung Lunatic Underground.Semua
band yang manggung di BB 1 wajib membawakan lagu-lagu ciptaan sendiri.
Publikasi BB I melalui pamphlet fotokopian yang disebar di
kawasan nongkrong komunitas UG dan sekolah-sekolah di seputaran Kota
Bandung.Publikasi juga dibantu oleh band-band yang berinisiatif membuat pamflet
sendiri.Pembuatan gambar latar panggung acara BB1 ukuran 3 x 3 meter masih
menggunakan media kain kanvas, cat tembok dan kayu aneka warna dan kuas.Yang
menggambar adalah Dinan, dibantu Ivan, Kimung, dan anak-anak Ujungberung
lainnya.ID card panitia diperbanyak dengan sistem repro menggunakan kamera Dinan
dan dicetak di Palapa Photo Studio.Semalam suntuk jajaran panitia BB1 berkutat
menyelesaikan semua pekerjaannya, dari mulai mengeset panggung dan tata suara
yang berasal dari Studio Palapa, hingga mendekorasi panggung.
Acara BB1 digelar Sabtu, 23 September 1995.Sejak jam 10
pagi penonton mulai memenuhi lahan kosong seluas 100 m yang biasa digunakan
Kimung untuk melatih anak-anak kecil Kaum Kidul bermain bola di belakang toko
Kalimas Ujungberung. Lahan itu menjelang siang semakin sesak oleh anak muda
yang didominasi pakaian hitam, mengepung panggung sederhana tanpa atap,
berlatar dekorasi dengan tulisan “Bandung Berisik 1 Demo Tour”.
Satu demi satu band mulai tampil dengan maksimal. Hingga
hari ini kenangan akan penampilan band-band ini tak akan terlupakan. Semua
tampil maksimal dengan karakter sendiri-sendiri di tengah sekitar 700an
penonton yang hadir.Sacrilegious misalnya yang menyembelih kelinci dan meminum
darahnya di panggung sebelum menggeber lagu-lagunya.Atau Infamy dengan vokalis
Ivan Scumbag yang tampil super brutal.Atau Sonic Torment yang provokatif dengan
lirik-lirik berbahasa Sunda.Atau Yadi behom yang keningnya bercucuran darah
setelah terhantam aksi brutal Yayat dalam bermain gitar di Jasad. Atau Insanity
yang menjadi band pamungkas sekaligus band yang menjadi panutan anak-anak
Ujungberung.
BB I adalah wujud komitmen anak-anak Ujungberung dalam
mengembangkan komunitasnya. Hingga saat itu, pergelaran ini dirasakan penting
untuk digelar kembali karena secara total berhasil menjadi wahana yang
menampung hasrat bermusik anak-anak metal Ujungberung dan Bandung.
Bandung
Berisik II, GOR Saparua, 20 Juli 1997
Era 1996-1997 komunitas musik bawahtanah Bandung mengalami
masa perkembangan yang pesat. Konsep kolektivisme dan do it yourself mulai
banyak direalisasikan dalam berbagai bentuk aktivitas. Dari mulai membuat
perusahaan rekaman berbasiskan indie label lengkap dengan konsep distribusi dan
promosinya, pembuatan media informasi berupa zine hingga kepada penggarapan
acara musik yang mengandalkan semangat kolektivisme.Industri musik besar pada
saat itu sedang dilanda kejenuhan pasar.Pasca meledaknya grup Slank dengan
album Generasi Biru-nya yang melahirkan komunitas Slanker, otomatis pada saat
itu tidak ada lagi fenomena musik yang luar biasa.Media-media besar juga mulai
kehabisan bahan berita hingga akhirnya komunitas musik bawahtanah dengan segala
bentuk dinamika pergerakannya menjadi bahan eksploitasi berita. Hampir semua
media terutama media cetak besar yang bertarget penjualan anak muda pada saat
itu membahas fenomena pergerakan musik bawahtanah terutama yang terjadi di Kota
Bandung.
Hal tersebut jelas berdampak sangat besar pada perkembangan
musik bawahtanah pada saat itu yang seolah-olah dirancang menjadi “trend musik
masa kini”. Musik bawahtanah pun akhirnya meledak dan mewabah hampir di semua
kota besar di Indonesia utamanya di Pulau Jawa, hingga lahirlah berbagai
komunitas musik bawahtanah di Jakarta, Bali, Surabaya, Malang, Yogya, dan
Medan. Beberapa pagelaran bertema serupa ramai digelar di kota-kota tersebut
dalam skala kecil.Di Kota Bandung sebagai barometer musik bawahtanah, setiap
minggu GOR Saparua menjadi langganan acara-acara musik yang diorganisir oleh
beberapa komunitas di Kota Bandung. GOR Saparua selalu dipenuhi oleh massa
musik bawahtanah yang rata-rata berusia belia yang datang dari berbagai kota di
Indonesia. Ada yang dari Medan, Jakarta, Surabaya, Yogya, Malang, dan kota
lainnya.
Komunitas Ujungberung sendiri, pasca BB I mengalami
kemajuan yang signifikan.Melihat begitu antusias publik terhadap musik
bawahtanah, Homeless Crew memutuskan untuk menggelar kembali Bandung Berisik.
Syahdan, suatu sore di bulan Maret 1997, di pinggir jalan
raya Ujungberung digelar rapat Bandung Berisik II (BB II). Ada beberapa agenda
yang dibahas pada rapat perdana tersebut, yaitu pendanaan yang dilakukan
melalui patungan anggota komunitas Ujungberung Rebels, dana investasi dari Mas
Harry HR Production, penyusunan kepanitiaan yang berjumlah enam puluh orang,
penetapan ketua panitia oleh Dinan dan wakilnya Yayat, serta komitmen
keuntungan BB II yang akan digunakan sebagai biaya produksi kompilasi band-band
Ujungberung yang rencananya dirangkum dalam album kompilasi Ujungberung
Rebels.Kelomok kerja BB II lalu menamakan diri Bungur Enterprise.Ditetapkan
pula dua puluh lima band dari berbagai hasrat musik yang akan tampil di BB II,
yaitu Puppen, Jasad, Turtles Jr, Retribeauty (Surabaya), Trauma (Jakarta),
Bedebah, Disinherit, Blind To See, The Bollocks, Runtah, Anti Septic (Jakarta),
Naked Truth, Noise Damage, Hell Gods, Burgerkill, Rotten Corpse, Step Forward
(Jakarta), Sonic Torment, Total Riot, Embalmed, Jeruji, Infamy, Forgotten,
Morbus Corpse, dan Balcony.BB II digelar di GOR Saparua tanggal 20 Juli 1997.
Strategi publikasi masih sama dengan BB I dengan kualitas
poster yang kini jauh lebih baik, dicetak oleh HR Production. BB II juga
memberikan keleluasaan kepada band-band yang tampil untuk membuat media
publikasi mereka sendiri.Selain membantu publikasi acara, aktivitas ini juga
membina rasa memiliki Bandung Berisik di antara band-band yang tampil.Revograms
juga turut membantu publikasi BB II melalu penerbitan Revograms III dan IV oleh
Homeless Crew.Akhirnya BB II sukses digelar.Imbas dari pergelaran ini sangat
nyata, yaitu dengan rilisnya kompilasi Ujungberung Rebels yang kemudian
berganti judul menjadi Independen Rebels (Independen Records, 1998). Semenjak
rilisnya kompilasi ini, komunitas Ujungberung yang saat itu disebut sebagai
komuniats ENG atau Homeless Crew mulai dikenal juga sebagai komunitas musik
metal Ujungberung Rebels.
Bandung
Berisik III, Gor Saparua, 7 April 2002
Era akhir 1990an dan awal 2000an pergelaran-pergelaran
musik di Bandung semakin ramai, namun sayang tidak diiringi oleh pengembangan
kualitas pertunjukan.Panggung secara kualitas tidak dijaga, baik dalam
manajemen panggung, maupun kualitas tata suara yang terkesan disamaratakan,
yang akibatnya, performa band-band secara umum di Bandung ikut turun.Kualitas
pelayanan pada penonton yang hanya disuguhi penampilan band yang biasa saja,
dekorasi panggung yang seadanya dan faktor kenyamanan dan keamanan yang tidak
diperhatikan secara serius juga sangat tidak mendidik komunitas.Tipikal
pergelaran musik juga masih mengutamakan kuantitas daripada kualitas
band.Rata-rata acara menampilkan band diatas 15 band bahkan sampai 30 band
hingga acara menjadi monoton dan membosankan.
Karena itulah, Ujungberung Rebels mengikrarkan komitmen
untuk menggelar Bandung Berisik yang sama sekali beda dengan pergelaran secara
umum. Munculnya generasi muda musik bawahtanah juga meneguhkan komitmen akan
kesadaran dokumentasi di kalangan Ujungberung Rebels. Dokumentasi yang tak
hanya disimpan tapi juga ditamplkan. Karena itulah, BB III kemudian
dipersiapkans ebagai pergelaran sekaligus pemutaran dokumentasi band-band yang
tampil di acara ini. BB III juga menampilkan sedikit band, hanya dua belas band
yang tampil sehingga dengan demikian, tiap band mampu tampil secara maksimal.
Konsep panggungnya dibuat menyerupai ring tarung bebas, lengkap dengan ram
kawat yang memagari panggung. Suntikan dana, terutama datang dari trio Mbie,
Firman Napi Records, dan Arin.
Untuk film dokumenter, Addy Gembel mempercayakan
penggarapannya kepada Lela dan kawan-kawan.Film diputar selama pergelaran
berlangsung.Acara berjalan lancar dan semakin siang, penonton semakin banyak
memadati.Data terakhir jumlah penonton yang hadir pada saat itu mencapai 10.000
penonton.Padahal kapasitas GOR Saparua hanya dapat menampung 5000
penonton.Terjadi penumpukan penonton di luar GOR Saparua yang berakibat
timbulnya berbagai macam kerawanan.Sempat terjadi aksi keributan yang
melibatkan penonton yang memaksa masuk dengan cara menjebol pintu samping
dengan barisan keamanan Baby Riot War Machine Squad.Beberapa orang dari pihak
Baby Riot War Machine Squad bahkan mengalami luka-luka akibat aksi pengeroyokan
dan pelemparan yang dilakukan oleh penonton.
Walau secara keseluruhan pertujukan di panggung lancar,
namun tak urung akibat sesaknya penonton dalam GOR Saparua, mengakibatkan
banyak penonton yang pingsan selama jalannya acara.Data penonton yang pingsan
mencapai 200 orang sepanjang pertunjukan, ditambah lagi banyaknya fenomena
penonton yang kerasukan atau kesurupan.Satu orang penonton mengalami cedera
serius hingga harus dievakuasi ke rumah sakit. Acara ini juga menjadi panggung
terakhir bagi band Sacrilegious sebelum mereka menyatakan diri bubar.
Bandung Berisik III mendulang sukses. Namun demikian ada
beberapa poin penting yang ditandai anak-anak Ujungberung Rebels sebagai
kendala-kendala utama yang menghambat proses produksi Bandung Berisik III.
Berbelitnya jalur birokrasi perijinan GOR Saparua akibat sengketa kepemilikan
lahan menjadi faktor utama.Panitia dipingpong antara Pemkot, Pemrov dan
tentara.Aksi percaloan tiket dan premanisme juga tak kalah mengganggu panitia
dalam mengatur arus penonton.Selama acara berlangsung terasa betul jika kapasitas
dan keamanan GOR Saparua yang sudah tidak layak lagi dipakai sebagai gedung
pertunjukan musik.Namun demikian, di balik semua kendala tersebut, Bandung
Berisik III mendulang sukses besar.Dua hal yang dijadikan parameter adalah
dapat dikembalikannya uang para investor sesuai perjanjian dan berakhirnya
acara dengan aman dan tidak terjadi hal-hal yang menimbulkan kerawanan.
Bandung
Berisik IV “Ka Surga!” Open Air Rock Festival 10 Agustus 2003
Pasca acara Bandung Berisik 3 terjadi banyak perubahan yang
signifikan di peta komunitas lokal terutama komunitas musik ekstrim di daerah
Bandung Timur. Daerah seperti Cicadas, Cicaheum, Sindanglaya, Cibiru, Cileunyi,
Jatinangor, Rancaekek, Cicalengka dan Tanjungsari mulai berani menggelar acara
musik ekstrim dengan konsep yang sama yaitu menampilkan potensi musik dari
komunitas lokal tersebut. Mulai dari level acara Agustus-an hingga acara yang
memang spesifik untuk jenis musik tertentu.Bahkan dampaknya mulai tampak
dikota-kota lainnya disekitar Jawa Barat. Nama-nama acara pun dibuat untuk
menunjukan identitas kota asal. Misalnya Sukabumi Bergetar, Cianjur Rusuh dan
lain-lain.
Perkembangan musik ekstrim yang begitu pesat di wilayah
Bandung timur dan kota-kota di sekitar Jawa Barat dan Indonesia pada umumnya
pada masa itu menginspirasi kembali komunitas Ujungberung Rebels untuk
menggelar kembali acara Bandung Berisik. Kali ini konsepnya adalah
tur.Pembicaraan ke arah tersebut mulai sering dilakukan. Konsep awalnya adalah
membawa tur tujuh band asal Ujungberung dan dikolaborasikan dengan tiga band
dari komunitas lokal di kota yang disinggahi. Rencana band yang akan dibawa tur
tersebut adalah Burgerkill, Jeruji, Forgotten, Jasad, Disinfected, The Cruels
dan Dinning Out. Sembilan kota di wilayah Jawa Barat menjadi tujuan BB IV.
Agenda tur yang sudah tercatat September 2002 adalah 1 September 2002 di
Sumedang, 8 September 2002 di Cianjur, 15 September 2002 di Garut, 22 September
2002 di Tasikmalaya, dan 29 September 2002 di Cirebon.Adapun di bulan Oktober
2002, tercatat 6 Oktober 2002 di Sukabumi, 13 Oktober 2002 di Purwakarta, 20
Oktober 2002 di Bekasi, dan 27 Oktober 2002 di Bogor. Naun masalah dana menjadi
kendala utama yang membuat BB IV urung digelar sesuai jadwal.
Awal 2003 BB IV kembali akan digelar dengan konseptor Addy
gembel, Man Jasad, dan Mbie. BB IV akan digelar lebih sederhana di pabrik roti
kawasan Aracamanik, Ujungberung. Ide ini tentu saja ditentang keras oleh
Yayat.Dalam pandangan Yayat, BB sudah berjalan sedemikian epic dan harus
dipertahankan bahkan ditambahkan kualitasnya.Ia sangat tidak setuju jika BB
digelar dalam kondisi seadanya. BB IV akhirnya disepakati akan digelar dalam
skup pergelaran yang semakin besar, bertempat di Stadion Persib tanggal 10
Agustus 2003 bertepatan dengan acara Soundrenalin. Yayat menegaskan ia tak
peduli bentrok acara dengan Soundrenalin karena ia sangat yakin BB akan
mendapat respon lebih massif. Pergelaran ini sudah megakar di anak-anak music
metal dan semua pasti akan datang ke BB daripada ke Soundrenalin.
Untuk mengejar kualitas BB IV, kepanitiaan dirobah dengan
menetapkan Andris sebagai ketua dan Addy gembel sebagai wakil. Selain itu,
pencarian dana melalui investor dan sponsor dilakukan. Kerja sama juga terus
dibina ke pengurus Persib dan Viking Bandung Heru Joko, serta kepada Pemerintah
Kota Bandung, saat itu walikotanya Aa Tarmana untuk izin penggunaan Stadion
Persib. Band-band yang tampil di BB IV adalah Burgerkill, Balcony, Infamy,
Jeruji, Turtles Jr, Lumpur, Forgotten, Dinning Out, Virus, Jasad, Geboren,
Rocket Rockers, Crusade, The Cruels, dan Siksa Kubur. Panggungnya aan dibangun
45 X 20 m, dengan dua panggung dram di kiri dan kanan panggung, tata suara
100.000 watt, 100 meter barikade, dua buah genset, serta sepasukan baby Riot
War Machine Assault, Tamara Fitness, Viking Persib, dan Yon Zipur Ujungberung
sebagai kru keamanan.Promo dilakukan semakin massif dengan pembuatan iklan
khusus untuk tayang di radio, pamflet yang dicetak, hingga pembuatan pamflet
sendiri oleh band yang tampil.Sementara itu Madi dan Irvine bertindak sebagai
MC acara.
BB IV mulai digelar tepat jam 11 siang, menampung 25 ribu
audiens yang datang dari Medan, Sulawesi, Kalimantan, beberapa kota di Jawa
Tengah dan Jawa Timur, Jakarta, dan tentu saja Jawa Barat. Berbagai attitude
khas penonton dari berbagai hasrat musik diperlihatkan di BB IV, yang jelas
energy audiens bagai tak habis untuk pogo, headbang, slamdance, moshing, hingga
akhirnya acara berakhir jam 22.15 ditutup oleh band Virus.
Dua hari setelah acara selesai dilakukan evaluasi.Semua
kewajiban panitia pada investor telah dilaksanakan tepat waktu dengan
nilaisesuai kesepakatan. Setelah diaudit akhirnya nilai keuntungan bersih BB IV
adalah Rp.16.000,00. Uang itu oleh Andris sang ketua dibelikan Garpit sebungkus
dan kopi dua gelas untuk semua jajaran panitia yang hadir. Kembalian
belanjanyanya diinfakkan ke kotak amal masjid.
Bandung
Berisik V Rebel Meets Rebel, 11 Juni 2011
Setelah BB IV, anak-anak Ujungberung Rebels tenggelam dalam
kesibukan masing-masing band. Beberapa kali rencana gelaran BB dibicarakan di
lingkaran dalam Ujungberung Rebels, namun selalu mentah.Pasca tragedy AACC 9
Februari 2008, bahkan pernah dibentuk dua kali kepanitiaan BB.Yang pertama
dipegang oleh duet Yayat – Jemi dan yang ke dua dipegang oleh duet Bebi – Addy
Gembel.Kedua kepanitiaan ini juga gagal mengeksekusi pergelaran BB.Selain
kesibukan yang luar biasa dari masing-masing tokoh Ujungberung Rebels, tuntutan
perbaikan kualitas dan kuantitas BB juga menjadi hal yang terus dikejar.
Titik terang BB mulai terlihat ketika Gio—keponakan Kang
Memet Studio Palapa Ujungberung—mengajukan diri untuk meggarap BB melalui event
organizernya, Atap Promotion, awal tahun 2011. Ia datang dengan segenap konsep
pertunjukan spektakuler, menyanggupi memenuhi beberapa konsep lain yang
diajukan Ujungberung Rebels, dan berkomitmen penuh mengangkat BB ke taraf
pergaulan sosial yang lebih luas di Kota Bandung dan juga Indonesia. Dengan
visi yang luas serta rencana pendanaan yang matang, BB V akhirnya mulai
dijalankan oleh Ujungberung Rebels dan Atap Promotion.
BB V konsepnya adalah konser terbuka dengan dukungan
panggung besar, tata cahaya hebat, tata suara 250.000 watt, serta konsep
pertunjukan yang layak diterapkan berdasarkan standar bisnis pertunjukan. Ini
merangkum penataan acara yang sengaja disusun dramatis dari awal, pertengahan
pertunjukan, hingga klimaks yang ditata sespektakuler mungkin. Band yang
mengemban beban berat memungkas klimaks pergelaran ini adalah Burgerkill yang
saat itu harus diakui masih tetap terdepan dalam kemajuan musik metal Indonesia.
BB V menampilkan Burgerkill, Jasad, Forgotten, Seringai, Disinfected, Bleeding
Corpse, Outright, Komunal, Rosemary, Jeruji, Down for Life, Beside, Tcukimay,
Critical Defacement, Turbidity, Infamy, Parau, Godless Symptoms, Screaming
Factor, Gugat, dan Cranial Incisored. Dalam menjaga ritme pertunjukan dan
kenyamanan audiens, panitia menyusun berbagai aturan serta mengeluarkan buklet
panduan pertunjukan bagi audiens.
Yang patut dicatat juga adalah bahwa BB V melanjutkan
tradisi yang sudah dimulai di BB IV, di mana Ujungberung Rebels—dikawal oleh
Atap Promotion—terus menjaga kerja sama dengan berbagai pihak dalam
penyelenggarapaannya. Dalam rangkaian praproduksi BB, pertemuan dengan pihak
aparat pemerintahan, dewan legislatif, kepolisian, serta tentara terus dibina.
30.000 audiens lebih tercatat datang membeli tiket BB yang
digelar di Brigif Cimahi 11 Juni 2011 itu. Esoknya, BB mendominasi headline
media lokal dan nasional dan selama dua pekan kemudian terus perbincangan
media. Hingga kini legasi mengenai Bandung Berisik sebagai pergelaran musik
paling legendaris terus mengemuka.
Bandung
Berisik VI Maximum Aggression, 18 & 19 Mei 2012
Selepas Bandung Berisik V, Ujungberung Rebels dan Atap
Promotion segera mempersiapkan pergelaran Bandung Berisik VI. Sepajang 2011 dan
awal 2012 berbagai persiapan terus dilakukan termasuk perekrutan para pekerja
yang menggarap BB IV.1000 orang pekerja lebih telah direkrut, dipersiapkan
untuk menggarap BB VI.Kru terus dipersiapkan dengan mengambil spirit gairah
berkarya Ujungberung Rebels.Kebanyakan diambil dari generasi muda untuk
mempertajam Bandung Berisik sebagai momen regenerasi dan perbaikan kualitas
komunitas.
Maximum Aggression dipilih menjadi tema besar BB VI
mengingat semakin luasnya ranah pergaulan dan kompleksitas pengembangan
dinamika komunitas musik yang lebih inklusif dan integratif.Karena itu semangat
pergelaran yang kental dengan nuansa keragaman terus didorong untuk mencapai
tujuan penghargaan setinggi-tingginya terhadap musik dan hasrat yang menjebol
hasrat perbedaan yang selama ini seakan di-eksis-kan di rak-rak penjualan CD.
BB VI digelar tanggal 18 dan 19 Mei 2012 di Lapangan Udara
Sulaiman Bandung.Perkiraan audiens yang akan hadir mencapai lebih dari 30.000,
didominasi oleh anak-anak muda yang—sekali lagi—akan semakin mempertajam fungsi
pergelaran sebagai media pembelajaran yang paling efektif untuk pemberdayaan
potensi komunitas dan regenerasi demi hari esok yang lebih baik.
Penulis adalah guru dan musisi.
Story Of DEATH METAL
Death metal adalah sebuah sub-genre dari musik heavy metal yang berkembang dari thrash metal pada awal 1980-an. Beberapa ciri khasnya adalah lirik lagu yang bertemakan kekerasan atau kematian, ritme gitar rendah (downtuned rhythm guitars), perkusi yang cepat, dan intensitas dinamis. Vokal biasanya dinyanyikan dengan gerutuan (death grunt) atau geraman maut (death growl). Teknik menyanyi seperti ini juga sering disebut "Cookie Monster vocals".
Beberapa pelopor genre ini adalah Venom dengan albumnya Welcome to Hell (1981) dan Death dengan albumnya Scream Bloody Gore (1987). Death metal kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh band-band seperti Cannibal Corpse, Morbid Angel, Entombed, God Macabre, Carnage, dan Grave.
Kemudian era 2000'an, Death Metal berkembang sangat pesat. Banyak
band-band jebolan aliran death metal menjadi pembaharu dalam musik
metal. Band-band tersebut antara lain Inhuman Dissiliency, Disavowed, Viraemia, Hiroshima Will Burn, Amon Amarth, Inveracity, The Berzeker, Dying Fetus, Condemned, dan masih banyak lagi.
Di Indonesia, genre ini diawali pergerakan dan perkembangan-nya di tahun 1990-an dengan band thrash metal Rotor
di Jakarta. Pergerakkan utama Death Metal Indonesia berasal dari
munculnya inisiatif oleh band Grindcore asal Malang, Rotten Corpse, yang
menggarap untuk pertama kalinya (yang diketahui) musik Death Metal.
Kemunculan dan permainan Rotten Corpse akan Death Metal merupakan
pertanda dari lahirnya sebuah individu musik baru, bernama Death Metal.
Beberapa band pioneer Death Metal lainnya di daerah lain, seperti Trauma dari Jakarta , Insanity dan Hallucination dari Bandung, Death Vomit dari Jogjakarta , Slow Death dari Surabaya, Murder dari Boyolali kemudian berkembang dengan band-band yang dianggap sebagai senior karena pengalamannya masing-masing seperti: Disinfected, Ancur, Plasmoptysis, Jasad dari Bandung, Siksa Kubur , Funeral Inception dari Jakarta,Cranial Incisored Jogjakarta , Semarang Grind Buto. Abysal.Blast Torment dari Padang,Total Rusak dari Bukittinggi , dan Jahanam Corpse dari Batam, DeathSounD dari Pontianak , Rantai 86 Tegal
Perkembangan musik Death Metal di Indonesia mengalami perkembangan
yang sangat baik. Diantaranya terusulkannya suatu forum pusat dari
pecinta Death Metal Indonesia, yang bernama forum Death Metal Indonesia,
yang bernama Indonesian Death Metal atau disingkat IDDM. Kemudian juga
muncul Indogrind.net, staynocase, dan lainnya. Saat ini, band-band baru
Death Metal akan menyuarakan 'suara-suara maut' dalam event metal.
Band-band Death Metal di Indonesia sekarang antara lain Death Sound, Asphyxiate, Bleeding Corpse, Death Vomit, Internal Darkness, Destruction, Kill Harmonic, Grind Buto, Infected Voice, Brain Ass, Hatestroke, Sickmath dan sebagainya.
Perkembangan Death Metal Indonesia setelah terciptanya IDDM,
merupakan sebagai indikasi dan peresmian komunitas-komunitas Death Metal
di seluruh wilayah Indonesia untuk go on public atau menunjukkan
diri mereka masing-masing pada publik. Seperti pada saat ini, banyak
sekali kelompok komunitas Death Metal Indonesia di wilayah mereka
masing-masing yang sudah menunjukkan diri mereka di Internet.
Komunitas-komunitas tersebut masih merupakan bagian dari Indonesian
Death Metal/IDDM. IDDM merupakan salah satu web penghubung yang menjadi
tempat bertukar pikiran maupun aspirasi hingga media untuk iklan /
promosi album maupun merchandise. Komunitas-komunitas tersebut
diantaranya adalah Malang Death Metal Force, Bandung Death Metal, Bekasi
HORDE! Death Metal, Jogjakarta Corpse Grinder, Pontianak MetalForce,
Magelang Death Metal Militia, Sukoharjo Death Metal, Semarang Death
Metal, Bali Death Metal sampai Samarinda Death Metal dan masih banyak
lagi komunitas di seluruh Indonesia.
Beberapa subgenre death metal:
- Technical death metal - Death Metal yang dikembangkan dengan nada-nada diatonis, merupakan perkembangan dari musik Death Metal ke yang lebih kompleks. Seringkali diasosiasikan sebagai penggabungan antara death metal dengan progressive rock dan jazz fusion.
- Melodic death metal - heavy metal dicampur dengan beberapa unsur Death Metal, misalnya death growl dan blastbeat
- Progressive death metal - gabungan antara death metal dan progressive metal
- Brutal death metal - Brutal Death Metal merupakan perkembangan dari Death Metal itu sendiri. Brutal Death Metal merupakan salah satu perkembangan yang berhasil menghasilkan perkembangan lagi di genre Death Metal. Brutal Death Metal menghasilkan Slamming-Gore Brutal Death Metal, Slamming-Groove Technical Brutal Death Metal, Slamming Goregrind, seperti PALASIK dari bukittinggi.
- Deathcore - gabungan antara metalcore/groove metal dengan death metal, merupakan genre Death Metal yang lebih menjurus kepada musik Post Hardcore.
- Death/Doom - gabungan antara doom metal dan death metal
- Blackened death metal - Blackened Death Metal merupakan usul-usul yang dilakukan oleh band-band Death Metal yang ingin menggabungkan kembali unsur Black Metal pada Death Metal seperti yang terjadi pada Era Pertama Death Metal, di mana Death Metal masih tercium bau-bau Black Metal.
Story Of HARDCORE
Munculnya musik Hardcore pada tahun 1970-an.Hardcore
awalnya berasal dari musik punk, ada 3 Band yang awalnya membentuk aliran musik
hardcore ini. Musik Hardcore ini juga banyak disebut sebagai musik underground
karena kebanyakan komunitas musik ini tidak dipublikasikan ke masyarakat dan
khlayak luas. Orang tidak akan mengenal siapa sajayang ada di musik Hardcore
ini karena tidak mempunyai karakter yang subjektif, musik punk disini dapat
dipublikasikan dan dapat dikenal dari ciri khas dan gaya – gaya mereka. dan
dikomunitas Hardcore ini tidak memandang profesi siapa dan darimana asal serta
umur orang itu.
Di aliran musik ini terdiri dari 3 Band yang mendirikannya,
Pertama yaitu Bad Brain yang menyebarkan aliran Hardcore dengan mengadakan
konser – konser disebagian kota, sehingga musik Hardcore dapat dikenal oleh
khalayak dan masyarakat luas.
Kemudian yang kedua yaitu ada Bad Flag, mereka membentuk
aliran ini dengan merubah aransemen lagu step – step menjadi lebih cepat,
sehingga Hardcore mempunyai karakter musik sendiri.
Dan ketiga adalah Minor Threat pada Band ini yang
membedakan antara musik Punk dan Hardcore dengan menyerukan straight age pada
komunitasnya yaitu dengan mengajak komunitas Hardcore untuk hidup lebih positif
karena pada era tahun 1970-an tersebut banyak pemuda yang menyukai aliran punk
yang meninggal dunia dengan sia – sia dikarenakan Narkoba. Minor Threat
mengajak bahwa Hardcore yang beraliran keras bukan berarti harus memakai dan
menggunakan Narkoba. Straight Age yang kemudian pecah menjadi 2 bagian,yaitu
bagian positif yaitu pengikut dari Vegetarian sampai tidak yang merokok,
sedangkan bagian yang Negatif kebalikannya.
Story Of SKA
Sejarah ska umumnya dibagi menjadi tiga periode: ska asli Jamaika dari tahun 1960-an (gelombang pertama), kebangkitan ska 2 ToneInggris
pada akhir 1970-an (gelombang kedua), dan gerakan ska gelombang ketiga
yang dimulai pada 1980-an, dan meraih kepopuleran di Amerika Serikat
pada 1990-an.
Imbasnya
memang bergeser ke belahan dunia manapun termasuk Indonesia. Ketika
meledak tren ska, banyak band yang lahir dan disebut sebagai band ska.
Untuk menyebut nama seperti Jun Fan Gan Foo, Es Coret, Arigatoo [berubah
jadi Souljah], Collonyet, UFO, Dirty Dools, Purpose, Jet Coaster,
Rolling Doors. Nama lain yang akhirnya jadi ikon ska [bahkan sampai
sekarang] adalah Tipe-X dan Shaggy Dog [band asal Jogjakarta].
Saat musik
rock merajai televisi dan radio di era 90-an, musik yang satu ini
tiba-tiba muncul dan langsung menjadi tren tersendiri di anak-anak muda.
Nggak cuma nge-trend di telinga, ska juga menjadi tren lifestyle remaja
saat itu. Baju pantai celana pendek, dengan dandanan necis menjadi
wabah seiring demam ska.
Meski
identik dengan hura-hura dan pesta, rupanya awal ska memiliki sejarah
gelap dengan syair-syair berisi penderitaan bangsa terjajah yang
tersamar dengan alunan aransemen musik dansa. Tren musik ska berjalan
tidak sampai satu dekade. Dan setelah itu, banyak band ska pada bubar,
meski banyak yang tetap berkecimpung di ranah musik [mungkin yang sedang
tren juga].
Popularitas ska memang tidak sekencang pop, jazz, atau rock mungkin. Tapi sebenarnya ska adalah musik yang cair dan bisa ngeblend dengan
genre apapun, secara asik. Di Indonesia, ska punya pengaruh yang kuat
di industri. Tak cuma itu, fans ska termasuk fanatik dengan genrenya.
Jadi, kadang-kadang mereka yang tidak tahu, merasa bahwa ska adalah
“hidup-mati” mereka.
Plague Of Happiness Kawan Album
File Ini LEGAL Dan Sudah Disetujui Oleh Pihak Kedua
File Berjenis RAR Ini Berisi Lagu :
- 13th May
- Lepaskan
- Kawan
- Believe
Click To Download
Catatan : Bila Ada Kesalahan Mendownload/File Yang Anda Download , Silahkan Komentar Di Entri Ini Terimakasih :)
By : Army Rais
-
Straight Answer The Complete Discography ( 1996 - 2007 )
File Ini LEGAL Dan Sudah Disetujui Oleh Pihak Kedua
File Berjenis RAR Ini Berisi Lagu :
- Fasisme Pasti Runtuh
- For You
- Youth War
- Violence Free
- Hantam Prasangka Buruk
- Up Hold The Truth
- Try'in To Be Nice
- I'm Your Brother You're My Brother
- Today Tommorow Forever And Ever
- Increase The Teacher's Welfare
- Ini Bukan Menyerah
- The World That Can't I Have
- Kerjakan Sendiri
- Menolak Tunduk
- Self Achievement
- Relationship Among Us
Click To Download
Catatan : Bila Ada Kesalahan Mendownload/File Yang Anda Download , Silahkan Komentar Di Entri Ini Terimakasih :)
By : Army Rais
-
STRAIGHT EDGE
Straight
Edge adalah sebuah gaya hidup, filosofi dan pergerakan
anak muda yang menganut anti penggunaan narkoba, penggunaan minuman beralkohol, merokok dan
hubungan sex bebas (casual sex), walaupun pergerakan garis keras
yang lebih dalam mereka menghidari penggunaan obat secara menyeluruh (termasuk
penggunaan secara medis) dan mereka mempercayai bahwa sex tidak untuk
berganti-ganti pasangan.
Straight edge hanyalah sebuah motivasi hidup untuk tidak merusak diri sendiri dengan mengonsumsi zat-zat/ hal-hal yang dianggap berbahaya untuk diri sendiri dan penyikapannya kembali kepada kontrol individu. Gaya hidup straight edge mencoba untuk memberikan alternatif baru di scene punk/ hardcore yang sangat identik dengan kebiasaan mabuk dan kerusuhan. Banyak orang yang mengklaim bahwa dirinya seorang penganut faham ini karena mereka ingin mengontrol kehidupan mereka, berontak dari budaya penggunaan narkoba, menghindari diri berhubungan dengan narkoba, mereka menyaksikan efek negatif dari penggunaan narkoba dalam keluarga atau teman-teman, atau bahkan bisa pula untuk membedakan diri (Alfansuri 2007). Filosofi utama yang dibawakan oleh penganut faham ini adalah penggunaan narkoba terhadap lingkungan sosial dan krisis moral yang bisa menyebabkan hancurnya rumah tangga, bisnis dan khususnya kehidupan anak-anak remaja.
Ide tentang straight edge ini sebenarnya sudah ada di dalam lagu-lagu band protopunk tahun 70-an yakni The Modern Lovers. Namun istilah Straight Edge dicetuskan oleh band Ide tentang straight edge ini sebenarnya sudah ada di dalam lagu-lagu band protopunk tahun 70-an yakni The Modern Lovers. Namun istilah Straight Edge dicetuskan oleh band Minor Threat, band ini disebut sebagai dasar gaya hidup ini, dalam sebuah lagu mereka yang berjudul Straight Edge.
"Straight Edge" adalah sebuah lagu band Minor Threat dalam album EP pertama, mereka membantu menginspirasikan sebuah gerakan yang lurus (Bahasa Inggris straight edge). Lagu ini terlihat panggilan untuk pantang dari konsumsi alkohol dan narkoba - sebuah hal baru dalam musik "Straight Edge" adalah sebuah lagu band Minor Threat dalam album EP pertama, mereka membantu menginspirasikan sebuah gerakan yang lurus (Bahasa Inggris straight edge). Lagu ini terlihat panggilan untuk pantang dari konsumsi alkohol dan narkoba - sebuah hal baru dalam musik rock, yang pada awalnya ditemukan hanya selingkup kecil, tetapi didedikasikan pada band-band berikutnya. Lagu ini berdurasi hanya 46 detik dan terdiri dari dua bait lirik. Lirik utamanya adalah bagaimana band ini menghadapi berbagai penyalah gunaan narkoba seperti methaqualone, kokain, ganja, dan inhalant dan kehinaan bagi orang-orang yang menggunakan terlalu banyak obat-obatan, suatu hal yang umum selama dipertunjukkan underground. Lirik pada bait kedua yang mereka bawakan adalah mereka tidak akan memaksakan untuk memakai narkoba.
Pergerakan straight edge yang telah diikuti oleh beberapa orang sebenarnya tidak disangka oleh vokalis Minor Threat Ian MacKaye, ia menyatakan sejumlah kali bahwa dia tidak memiliki tujuan untuk membuatnya menjadi sebuah gerakan.
Huruf X adalah simbol yang paling dikenal dari straight edge, yang umum dipakai sebagai tanda di punggung kedua tangan, tetapi bisa juga ditampilkan pada bagian tubuh lainnya. Beberapa pengikutnya dari straight edge ada juga yang dimasukkan simbol ke dalam pakaian dan pin. Menurut sejumlah wawancara yang dilakukan oleh wartawan Michael Azerrad, logo "X" straight edge dapat dilihat jejaknya dalam pelaksanaan pada acara singkat band Pergerakan straight edge yang telah diikuti oleh beberapa orang sebenarnya tidak disangka oleh vokalis Minor Threat Ian MacKaye, ia menyatakan sejumlah kali bahwa dia tidak memiliki tujuan untuk membuatnya menjadi sebuah gerakan. Huruf X adalah simbol yang paling dikenal dari straight edge, yang umum dipakai sebagai tanda di punggung kedua tangan, tetapi bisa juga ditampilkan pada bagian tubuh lainnya. Beberapa pengikutnya dari straight edge ada juga yang dimasukkan simbol ke dalam pakaian dan pin. Menurut sejumlah wawancara yang dilakukan oleh wartawan Michael Azerrad, logo "X" straight edge dapat dilihat jejaknya dalam pelaksanaan pada acara singkat band Teen Idles yaitu U.S. West Coast tour tahun 1980.[1] Teen Idles telah dijadwalkan untuk bermain di Mabuhay Gardens San Francisco, tetapi ketika band tiba, manajemen klub menemukan bahwa seluruh band ini masih di bawah umur minimum dan karena itu mereka ditolak masuk ke dalam klub tersebut. Sebagai kompromi, manajemen menandai tiap kedua tangan anggota band Idles' dengan logo hitam besar "X" sebagai peringatan kepada seluruh staf klub agar tidak memberikan alkohol ke mereka. Setelah kembali ke Washington DC, band ini diberikan sistem yang sama oleh klu-klub lokal sebagai maksud membolehkan para remaja untuk masuk kedalam klub untuk menyaksikan acara musik tanpa memberikan alkohol kepada mereka. Tanda itu secepatnya diasosiasikan dengan gaya hidup straight edge. Dalam beberapa tahun, pada acara musik dan bahkan di klub-klub dansa telah memulai mengadopsikan sistem ini.
Sebuah variasi melibatkan trio X's (xXx) berasal dari hasil karya seni yang dibuat oleh drummer Minor Threat yaitu Jeff Nelson, yang mana Jeff menggantikan tiga bintang dalam bendera Washington DC kampung halaman mereka menjadi X. Sebuah variasi melibatkan trio X's (xXx) berasal dari hasil karya seni yang dibuat oleh drummer Minor Threat yaitu Jeff Nelson, yang mana Jeff menggantikan tiga bintang dalam bendera Washington DC kampung halaman mereka menjadi X.[2] Istilah ini kadang-kadang dipendekkan dengan mencantumkan X dengan kependekkan istilah dari straight edge menjadi "sXe". Dengan analogi, hardcore punk kadang-kadang dipendekkan menjadi "hXc". Simbol ini dapat digunakan sebagai sebuah jalan untuk membedakan sebuah band atau seseorang yang menganut faham straight edge, dengan menambahkan huruf didepan dan belakang nama band, contoh band 'xFilesx'.
Perkembangan gaya hidup Straight Edge ini banyak di adaptasi oleh band-band lainnya seperti, Perkembangan gaya hidup Straight Edge ini banyak di adaptasi oleh band-band lainnya seperti, 7 Seconds, SSD, Uniform Choice, Cause for Alarm. Band-band tersebut adalah band hardcore punk yang berada di era “oldschool”. Band-band era ini lebih banyak berteriak tentang movement Straight Edge dibanding bernyanyi. Lagu mereka terdengar seperti orang yang sedang orasi dengan diiringi musik agresif dan cepat ala hardcore punk. Gaya seperti itu akhirnya menjadi ciri khas band hardcore punk di era “oldschool”. Pada awalnya paham ini berkembang di Washington D.C dan New York, kemudian akhirnya berkembang juga di Kanada.
Walaupun pada awalnya secara musikal, band-band straight edge terdengar tipikal, di pertengahan tahun 80-an musiknya mulai berkembang dan meluas sesuai dengan karakter band masing-masing. Era “Youth Crew” lahir ketika band-band hardcore punk Straight Edge mulai menjamur dan akhirnya mereka memiliki kecenderungan untuk bersatu membuat pergerakan dan media sendiri untuk menyebar luaskan gaya hidup straight edge. Namun bukan berarti mereka tidak manggung bersama band-band yang non-straight edge. Mereka justru lebih mengedepankan semangat persatuan. Suatu Walaupun pada awalnya secara musikal, band-band straight edge terdengar tipikal, di pertengahan tahun 80-an musiknya mulai berkembang dan meluas sesuai dengan karakter band masing-masing. Era “Youth Crew” lahir ketika band-band hardcore punk Straight Edge mulai menjamur dan akhirnya mereka memiliki kecenderungan untuk bersatu membuat pergerakan dan media sendiri untuk menyebar luaskan gaya hidup straight edge. Namun bukan berarti mereka tidak manggung bersama band-band yang non-straight edge. Mereka justru lebih mengedepankan semangat persatuan. Suatu komunitas yang lahir karena memiliki sudut pandang yang sama: yaitu menyukai musik punk/ hardcore sebagai bagian dari subkultur yang tercipta saat itu. Gorilla Biscuits, Judge, Bold, Youth of Today mereka adalah beberapa band yang menonjol di era “Youth Crew”.
Ternyata seiring perkembangannya, straight edge mulai berkaitan juga dengan perihal pergerakan animal rights, vegan dan vegetarian. Ternyata seiring perkembangannya, straight edge mulai berkaitan juga dengan perihal pergerakan animal rights, vegan dan vegetarian. Youth Of Today adalah band yang paling lantang menyuarakan perihal hak-hak dan perlindungan terhadap hewan, vegan dan vegetarian pada tahun 1988. Dalam lirik lagu “No More”, Ray Cappo vokalis Youth Of Today menekankan tentang pandangannya terhadap hak-hak hewan dan vegan: “Meat-eating, flesh-eating, think about it/ so callous this crime we commit”. Sampai akhirnya banyak band yang menyuarakan hal yang sama dan hampir semua band di akhir tahun 1980-an di Amerika dan Kanada menyuarakan tentang hak-hak hewan dan kekejaman terhadap hewan. Namun bukan berarti juga bahwa seorang vegan/ vegetarian itu adalah seorang straight edge, begitu juga sebaliknya. Menjadi vegan/vegetarian bukanlah sebuah keharusan di dalam gaya hidup straight edge. Vegan dan vegetarian hanya bagian dari perkembangan straight edge itu sendiri dan semua kembali kepada pilihan masing-masing individu.
Di dalam perkembangannya, straight edge juga sempat ternoda dengan beberapa Di dalam perkembangannya, straight edge juga sempat ternoda dengan beberapa militan dari band straight edge itu sendiri dan band yang paling menonjol dengan sikap garis keras dan militannya adalah Earth Crisis. Setelah gaya hidup straight edge sempat berkembang sampai ke perihal vegan/vegetarian pada akhir 80′an, di awal tahun 90′an bermunculan band-band yang mengadopsi paham serupa namun mereka cenderung lebih militan. Militan disini mereka cenderung picik, mudah menuduh, minim toleransi terhadap non-straight edge dan berpotensi melakukan kekerasan.[5] Mereka berpikir bahwa dengan metode gerakan yang keras dan militan akan lebih efektif dalam mempromosikan hidup bersih, padahal hal tersebut justru menjadi bomerang bagi mereka sendiri dan tentunya straight edge saat itu sempat tercoreng dan mulai menjadi bahan cemoohan di kalangan underground.
Seiring dengan jalannya waktu dan lahirnya band-band baru, cap negatif terhadap straight edge berangsur-angsur pulih. Komunitas dan band-band straight edge tahun 2000′an mempersatukan kembali kultur punk rock kepada kondisi awalnya yang lebih toleran terhadap komunitas dan band-band lain yang non-straight edge. Kalangan straight edge mengalami pendewasaan, mereka sudah berbaur di satu panggung dengan band-band yang non-straight edge. Mengingat straight edge adalah gaya hidup yang lebih ke arah pilihan pribadi. Band-band straight edge yang menonjol di tahun 2000-an diantaranya adalah Seiring dengan jalannya waktu dan lahirnya band-band baru, cap negatif terhadap straight edge berangsur-angsur pulih. Komunitas dan band-band straight edge tahun 2000′an mempersatukan kembali kultur punk rock kepada kondisi awalnya yang lebih toleran terhadap komunitas dan band-band lain yang non-straight edge. Kalangan straight edge mengalami pendewasaan, mereka sudah berbaur di satu panggung dengan band-band yang non-straight edge. Mengingat straight edge adalah gaya hidup yang lebih ke arah pilihan pribadi. Band-band straight edge yang menonjol di tahun 2000-an diantaranya adalah Allegiance, Black My Heart, Casey Jones, Champion, Down to Nothing, Embrace Today, The First Step, Have Heart, Righteous Jams, Throwdown, xTyrantx, Fight Everyone dan Stick to Your Guns.
Straight edge hanyalah sebuah motivasi hidup untuk tidak merusak diri sendiri dengan mengonsumsi zat-zat/ hal-hal yang dianggap berbahaya untuk diri sendiri dan penyikapannya kembali kepada kontrol individu. Gaya hidup straight edge mencoba untuk memberikan alternatif baru di scene punk/ hardcore yang sangat identik dengan kebiasaan mabuk dan kerusuhan. Banyak orang yang mengklaim bahwa dirinya seorang penganut faham ini karena mereka ingin mengontrol kehidupan mereka, berontak dari budaya penggunaan narkoba, menghindari diri berhubungan dengan narkoba, mereka menyaksikan efek negatif dari penggunaan narkoba dalam keluarga atau teman-teman, atau bahkan bisa pula untuk membedakan diri (Alfansuri 2007). Filosofi utama yang dibawakan oleh penganut faham ini adalah penggunaan narkoba terhadap lingkungan sosial dan krisis moral yang bisa menyebabkan hancurnya rumah tangga, bisnis dan khususnya kehidupan anak-anak remaja.
Ide tentang straight edge ini sebenarnya sudah ada di dalam lagu-lagu band protopunk tahun 70-an yakni The Modern Lovers. Namun istilah Straight Edge dicetuskan oleh band Ide tentang straight edge ini sebenarnya sudah ada di dalam lagu-lagu band protopunk tahun 70-an yakni The Modern Lovers. Namun istilah Straight Edge dicetuskan oleh band Minor Threat, band ini disebut sebagai dasar gaya hidup ini, dalam sebuah lagu mereka yang berjudul Straight Edge.
"Straight Edge" adalah sebuah lagu band Minor Threat dalam album EP pertama, mereka membantu menginspirasikan sebuah gerakan yang lurus (Bahasa Inggris straight edge). Lagu ini terlihat panggilan untuk pantang dari konsumsi alkohol dan narkoba - sebuah hal baru dalam musik "Straight Edge" adalah sebuah lagu band Minor Threat dalam album EP pertama, mereka membantu menginspirasikan sebuah gerakan yang lurus (Bahasa Inggris straight edge). Lagu ini terlihat panggilan untuk pantang dari konsumsi alkohol dan narkoba - sebuah hal baru dalam musik rock, yang pada awalnya ditemukan hanya selingkup kecil, tetapi didedikasikan pada band-band berikutnya. Lagu ini berdurasi hanya 46 detik dan terdiri dari dua bait lirik. Lirik utamanya adalah bagaimana band ini menghadapi berbagai penyalah gunaan narkoba seperti methaqualone, kokain, ganja, dan inhalant dan kehinaan bagi orang-orang yang menggunakan terlalu banyak obat-obatan, suatu hal yang umum selama dipertunjukkan underground. Lirik pada bait kedua yang mereka bawakan adalah mereka tidak akan memaksakan untuk memakai narkoba.
Pergerakan straight edge yang telah diikuti oleh beberapa orang sebenarnya tidak disangka oleh vokalis Minor Threat Ian MacKaye, ia menyatakan sejumlah kali bahwa dia tidak memiliki tujuan untuk membuatnya menjadi sebuah gerakan.
Huruf X adalah simbol yang paling dikenal dari straight edge, yang umum dipakai sebagai tanda di punggung kedua tangan, tetapi bisa juga ditampilkan pada bagian tubuh lainnya. Beberapa pengikutnya dari straight edge ada juga yang dimasukkan simbol ke dalam pakaian dan pin. Menurut sejumlah wawancara yang dilakukan oleh wartawan Michael Azerrad, logo "X" straight edge dapat dilihat jejaknya dalam pelaksanaan pada acara singkat band Pergerakan straight edge yang telah diikuti oleh beberapa orang sebenarnya tidak disangka oleh vokalis Minor Threat Ian MacKaye, ia menyatakan sejumlah kali bahwa dia tidak memiliki tujuan untuk membuatnya menjadi sebuah gerakan. Huruf X adalah simbol yang paling dikenal dari straight edge, yang umum dipakai sebagai tanda di punggung kedua tangan, tetapi bisa juga ditampilkan pada bagian tubuh lainnya. Beberapa pengikutnya dari straight edge ada juga yang dimasukkan simbol ke dalam pakaian dan pin. Menurut sejumlah wawancara yang dilakukan oleh wartawan Michael Azerrad, logo "X" straight edge dapat dilihat jejaknya dalam pelaksanaan pada acara singkat band Teen Idles yaitu U.S. West Coast tour tahun 1980.[1] Teen Idles telah dijadwalkan untuk bermain di Mabuhay Gardens San Francisco, tetapi ketika band tiba, manajemen klub menemukan bahwa seluruh band ini masih di bawah umur minimum dan karena itu mereka ditolak masuk ke dalam klub tersebut. Sebagai kompromi, manajemen menandai tiap kedua tangan anggota band Idles' dengan logo hitam besar "X" sebagai peringatan kepada seluruh staf klub agar tidak memberikan alkohol ke mereka. Setelah kembali ke Washington DC, band ini diberikan sistem yang sama oleh klu-klub lokal sebagai maksud membolehkan para remaja untuk masuk kedalam klub untuk menyaksikan acara musik tanpa memberikan alkohol kepada mereka. Tanda itu secepatnya diasosiasikan dengan gaya hidup straight edge. Dalam beberapa tahun, pada acara musik dan bahkan di klub-klub dansa telah memulai mengadopsikan sistem ini.
Sebuah variasi melibatkan trio X's (xXx) berasal dari hasil karya seni yang dibuat oleh drummer Minor Threat yaitu Jeff Nelson, yang mana Jeff menggantikan tiga bintang dalam bendera Washington DC kampung halaman mereka menjadi X. Sebuah variasi melibatkan trio X's (xXx) berasal dari hasil karya seni yang dibuat oleh drummer Minor Threat yaitu Jeff Nelson, yang mana Jeff menggantikan tiga bintang dalam bendera Washington DC kampung halaman mereka menjadi X.[2] Istilah ini kadang-kadang dipendekkan dengan mencantumkan X dengan kependekkan istilah dari straight edge menjadi "sXe". Dengan analogi, hardcore punk kadang-kadang dipendekkan menjadi "hXc". Simbol ini dapat digunakan sebagai sebuah jalan untuk membedakan sebuah band atau seseorang yang menganut faham straight edge, dengan menambahkan huruf didepan dan belakang nama band, contoh band 'xFilesx'.
Perkembangan gaya hidup Straight Edge ini banyak di adaptasi oleh band-band lainnya seperti, Perkembangan gaya hidup Straight Edge ini banyak di adaptasi oleh band-band lainnya seperti, 7 Seconds, SSD, Uniform Choice, Cause for Alarm. Band-band tersebut adalah band hardcore punk yang berada di era “oldschool”. Band-band era ini lebih banyak berteriak tentang movement Straight Edge dibanding bernyanyi. Lagu mereka terdengar seperti orang yang sedang orasi dengan diiringi musik agresif dan cepat ala hardcore punk. Gaya seperti itu akhirnya menjadi ciri khas band hardcore punk di era “oldschool”. Pada awalnya paham ini berkembang di Washington D.C dan New York, kemudian akhirnya berkembang juga di Kanada.
Walaupun pada awalnya secara musikal, band-band straight edge terdengar tipikal, di pertengahan tahun 80-an musiknya mulai berkembang dan meluas sesuai dengan karakter band masing-masing. Era “Youth Crew” lahir ketika band-band hardcore punk Straight Edge mulai menjamur dan akhirnya mereka memiliki kecenderungan untuk bersatu membuat pergerakan dan media sendiri untuk menyebar luaskan gaya hidup straight edge. Namun bukan berarti mereka tidak manggung bersama band-band yang non-straight edge. Mereka justru lebih mengedepankan semangat persatuan. Suatu Walaupun pada awalnya secara musikal, band-band straight edge terdengar tipikal, di pertengahan tahun 80-an musiknya mulai berkembang dan meluas sesuai dengan karakter band masing-masing. Era “Youth Crew” lahir ketika band-band hardcore punk Straight Edge mulai menjamur dan akhirnya mereka memiliki kecenderungan untuk bersatu membuat pergerakan dan media sendiri untuk menyebar luaskan gaya hidup straight edge. Namun bukan berarti mereka tidak manggung bersama band-band yang non-straight edge. Mereka justru lebih mengedepankan semangat persatuan. Suatu komunitas yang lahir karena memiliki sudut pandang yang sama: yaitu menyukai musik punk/ hardcore sebagai bagian dari subkultur yang tercipta saat itu. Gorilla Biscuits, Judge, Bold, Youth of Today mereka adalah beberapa band yang menonjol di era “Youth Crew”.
Ternyata seiring perkembangannya, straight edge mulai berkaitan juga dengan perihal pergerakan animal rights, vegan dan vegetarian. Ternyata seiring perkembangannya, straight edge mulai berkaitan juga dengan perihal pergerakan animal rights, vegan dan vegetarian. Youth Of Today adalah band yang paling lantang menyuarakan perihal hak-hak dan perlindungan terhadap hewan, vegan dan vegetarian pada tahun 1988. Dalam lirik lagu “No More”, Ray Cappo vokalis Youth Of Today menekankan tentang pandangannya terhadap hak-hak hewan dan vegan: “Meat-eating, flesh-eating, think about it/ so callous this crime we commit”. Sampai akhirnya banyak band yang menyuarakan hal yang sama dan hampir semua band di akhir tahun 1980-an di Amerika dan Kanada menyuarakan tentang hak-hak hewan dan kekejaman terhadap hewan. Namun bukan berarti juga bahwa seorang vegan/ vegetarian itu adalah seorang straight edge, begitu juga sebaliknya. Menjadi vegan/vegetarian bukanlah sebuah keharusan di dalam gaya hidup straight edge. Vegan dan vegetarian hanya bagian dari perkembangan straight edge itu sendiri dan semua kembali kepada pilihan masing-masing individu.
Di dalam perkembangannya, straight edge juga sempat ternoda dengan beberapa Di dalam perkembangannya, straight edge juga sempat ternoda dengan beberapa militan dari band straight edge itu sendiri dan band yang paling menonjol dengan sikap garis keras dan militannya adalah Earth Crisis. Setelah gaya hidup straight edge sempat berkembang sampai ke perihal vegan/vegetarian pada akhir 80′an, di awal tahun 90′an bermunculan band-band yang mengadopsi paham serupa namun mereka cenderung lebih militan. Militan disini mereka cenderung picik, mudah menuduh, minim toleransi terhadap non-straight edge dan berpotensi melakukan kekerasan.[5] Mereka berpikir bahwa dengan metode gerakan yang keras dan militan akan lebih efektif dalam mempromosikan hidup bersih, padahal hal tersebut justru menjadi bomerang bagi mereka sendiri dan tentunya straight edge saat itu sempat tercoreng dan mulai menjadi bahan cemoohan di kalangan underground.
Seiring dengan jalannya waktu dan lahirnya band-band baru, cap negatif terhadap straight edge berangsur-angsur pulih. Komunitas dan band-band straight edge tahun 2000′an mempersatukan kembali kultur punk rock kepada kondisi awalnya yang lebih toleran terhadap komunitas dan band-band lain yang non-straight edge. Kalangan straight edge mengalami pendewasaan, mereka sudah berbaur di satu panggung dengan band-band yang non-straight edge. Mengingat straight edge adalah gaya hidup yang lebih ke arah pilihan pribadi. Band-band straight edge yang menonjol di tahun 2000-an diantaranya adalah Seiring dengan jalannya waktu dan lahirnya band-band baru, cap negatif terhadap straight edge berangsur-angsur pulih. Komunitas dan band-band straight edge tahun 2000′an mempersatukan kembali kultur punk rock kepada kondisi awalnya yang lebih toleran terhadap komunitas dan band-band lain yang non-straight edge. Kalangan straight edge mengalami pendewasaan, mereka sudah berbaur di satu panggung dengan band-band yang non-straight edge. Mengingat straight edge adalah gaya hidup yang lebih ke arah pilihan pribadi. Band-band straight edge yang menonjol di tahun 2000-an diantaranya adalah Allegiance, Black My Heart, Casey Jones, Champion, Down to Nothing, Embrace Today, The First Step, Have Heart, Righteous Jams, Throwdown, xTyrantx, Fight Everyone dan Stick to Your Guns.
Langganan:
Postingan (Atom)